Suara.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Taufik Kurniawan mengaku kaget setelah Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet di dunia berdasarkan rilis dari Castrol’s Magnatec Stop-Start index, menggeser posisi kota Meksiko yang selalu menjadi kota termacet.
"Kita kan terkejut juga Jakarta disebut kota termacet, sedih juga Jakarta menjadi kota termacet di dunia," ujar Taufik usai diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (7/2/2015).
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengharapkan satu-satunya cara mengurangkan kemacetan Ibu Kota harus memiliki trasnportasi massal berbasis rel atau Mass Rapid Transit (MRT).
"Sehingga harapannya masalah MRT itu sangat utama, jangan sampai semua ekonomi terpusat di Jakarta (lumpuh)," kata dia.
Ia bahkan membayangkan tahun 2020 nantinya orang sudah kesulitan untuk keluar rumah lantaran macatnya sudah semakin parah. Taufik menyarankan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk bisa mengatasi masalah kemacetan.
"Nanti (prediksi saya) tahun 2020 orang keluar dari garasi sudah tidak bisa bergerak. Ini tolong dicermati betul, kami harapkan Pemprov DKI bisa menjadi prioritas bisa membuat bangunan infrastruktur yg baru," tutup Taufik.
Berdasarkan indeks tersebut, rata-rata terdapat 33.240 kali proses berhenti-jalan per tahun di Jakarta.
Indeks ini mengacu dari data navigasi pengguna Tom Tom, mesin GPS, untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan yang dibuat setiap kilometer. Jumlah tersebut kemudian dikalikan dengan jarak rata-rata yang ditempuh setiap tahun di 78 negara.
Castrol’s Magnatec Stop-Start index juga mencatat, Surabaya, Ibu Kota provinsi Jawa Timur berada di peringkat keempat sebagai kota termacet di dunia. Rata-rata, terjadi 29.880 kemacetan setiap tahun di Surabaya.
Istanbul, Turki menjadi kota kedua yang paling macet di dunia. Sedikitnya terjadi 32.520 kemacetan per tahun. Mexico City, Meksiko, berada di urutan ketiga dengan 30.840 kemacetan setiap tahun.
Sedangkan untuk kota yang paling lancar di dunia, diraih di kota Tampere, Finlandia. Rata-rata hanya terjadi 6.240 berhenti-jalan. Rotterdam, Belanda, di mana mayoritas penduduknya bersepeda, berada di peringkat kedua setelah Tampere dengan 6.360 kemacetan per tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka