Suara.com - Sikap Presiden Brasil Dilma Rousseff yang tidak memberikan surat kepercayaan atau credential kepada Duta Besar Indonesia merupakan salah satu bentuk pelecehan diplomatik.
Wakil Ketua Komisi Luar Negeri DPR, Tantowi Yahya mengatakan, pemberian surat credentials merupakan hak dari negara bersangkutan. Namun, kata dia, belum pernah terjadi ada duta besar yang tidak mendapatkan surat credential ketika sudah berada di istana bersama dengan duta besar lainnya.
“Seharusnya, kalau memang menolak hal itu dilakukan sebelum duta besar yang bersangkutan menghadap ke istana. Karena, surat credential itu memang menjadi hak dari negara yang bersangkutan. Brasil justru telah melakukan pelecehana diplomatik karena tidak memberikan surat credential ketika Duta Besar Indonesia sudah berada di istana bersama dengan duta besar yang lain yang akan dilantik,” kata Tantowi kepada suara.com melalui sambungan telepon, Sabtu (21/2/2015).
Tantowi meminta pemerintah untuk segera menarik pulang Duta Besar Indonesia untuk Brasil. Selain itu, pemerintah juga harus meminta klarifikasi dari Duta Besar Brasil di Indonesia terkait insiden yang memalukan tersebut.
Kemarin, Presiden Brasil Dilma Rousseff menolak mengeluarkan surat kepecayaan atau credential kepada Duta Besar Indonesia untuk Brasil. Penolakan itu merupakan bentuk kemarahan Brasil atas keputusan Indonesia yang tetap akan menghukum mati salah satu warga negaranya yang menjadi terpidana dalam kasus obat-obatan terlarang.
“Saya rasa penting untuk melakukan evolusi dalam situasi ini untuk memberikan klarifikasi terhadap hubungan Indonesia dengan Brasil,” kata Dilma.
Dilma mengatakan, pemberian surat kepercayaan kepada Duta Besar Indonesia akan sedikit diperlambat terkait eksekusi mati kepada Rodrigo Gularte (42 tahun), terpidana mati dalam kasus penyelundupan 6 kg kokain.
Berita Terkait
-
Prabowo dan Lula Sepakat! Indonesia-Brasil Bersatu Atasi Krisis Global dan Reformasi PBB
-
Belajar Dari Brasil: Prabowo Incar Teknologi Pertanian & Biofuel untuk Ketahanan Pangan Indonesia
-
Balas Sambutan Hangat Presiden Brasil, Prabowo Siapkan Pesta Ultah Lula
-
Perang Dunia Ketiga Mau Pecah, Indonesia Masih Belum Punya Dubes untuk AS, Apa Kata Istana?
-
Nyaris Dua Tahun Indonesia Tidak Punya Duta Besar di AS, Ketua DPR: Itu Urusan Eksekutif
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- 7 Fakta Pembunuhan Sadis Dina Oktaviani: Pelaku Rekan Kerja, Terancam Hukuman Mati
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
Analisis Mantan BIN: Jokowi Minta Pertahankan Kapolri Sebagai Upaya Mengamankan Pintu Terakhir
-
Bantah Eksekusi Silfester Kedaluwarsa, Kejagung Minta Kuasa Hukum Bantu Hadirkan Kliennya: Tolonglah
-
Kasus Korupsi Kredit Sritex, Kejagung Kembali Sita Aset Eks Dirut Iwan Lukminto
-
Berkas Perkara Delpedro Cs Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pengacara Lawan Balik Lewat Praperadilan
-
Menteri PPPA: Di Kampus Perlu Dibangun Budaya Saling Menghormati dan Ruang Aman
-
Geger Anak Eks Walkot Cirebon Maling Sepatu di Masjid, Kasusnya Disetop Polisi, Ini Alasannya!
-
Minta MK Hapus Uang Pensiun DPR, Lita Gading Dibalas Hakim: Mereka kan Kerja
-
DPR Soroti Kasus Narkoba Ammar Zoni di Rutan: Indikasi Peredaran Gelap Narkoba Masih Marak
-
Suka Metal dan 'Kerja Kerja Kerja', 4 Kemiripan Calon PM Jepang Sanae Takaichi dengan Jokowi
-
KPK Dalami Peran Eks Dirut Perhutani soal Izin dan Pengawasan di Kasus Korupsi Inhutani V