Suara.com - Warga perbatasan Indonesia-Malaysia di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sampai saat ini masih menggunakan dua mata uang untuk melakukan transaksi jual-beli.
Sebagaimana yang dikemukakan Haniah, pedagang kue di Pasar Sei Pancang, Minggu (29/3/2015), telah menjadi tradisi bagi masyarakat setempat dalam setiap berbelanja, mereka pasti menggunakan salah satu dari dua mata uang. Tepatnya, aktivitas jual-beli itu tergantung mata uang yang dimiliki.
Dikatakan Haniah, seluruh masyarakat Pulau Sebatik khususnya yang berada di wilayah tapal batas, memang memiliki dua jenis mata uang tersebut, yakni ringgit (Malaysia) dan rupiah (Indonesia). Haniah yang berdomisili di RT 06 Desa Sei Pancang sendiri mengaku, dirinya tidak pernah menentukan sendiri kepada pelanggannya jenis mata uang yang diterimanya. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada mereka akan membayar dengan mata uang apa.
Mengenai masyarakat setempat yang bertransaksi dengan menggunakan dua mata uang itu, menurut Haniah, memang telah lama berlangsung. Hal itu menurutnya juga karena kedekatan emosional antara warga pulau itu dengan Malaysia yang berbatasan daratan.
Haniah sendiri mengaku menerima mata uang ringgit Malaysia saat memasarkan barangnya di sejumlah pasar. Hal itu justru dianggap dapat membantunya apabila akan berbelanja ke negara tetangga tersebut, karena tidak perlu bersusah-payah ke money changer.
Secara terpisah, Tamir yang biasa berbelanja di pasar itu, mengatakan bahwa masalah berlakunya dua mata uang saat bertransaksi di sejumlah pasar di Pulau Sebatik bukanlah barang baru lagi. Hal itu menurutnya bahkan telah berlangsung sejak pulau itu dihuni pada era 1960-an silam.
Menurut Tamir, berlakunya mata uang rupiah dan ringgit di wilayah perbatasan itu, juga dikarenakan seluruh bahan kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat diperoleh dari Malaysia yang dipasok oleh pedagang setiap hari. [Antara]
Berita Terkait
-
Rupiah Kokoh Lawan Dolar AS pada Hari Ini, Tembus Level Rp 16.646
-
Kisah Muhammad Yusuf, AgenBRILink Sebatik yang Permudah Akses Keuangan Masyarakat Perbatasan
-
Rupiah Jadi Mata Uang Paling Lesu di Asia Senin Pagi, Tembus Level Rp 16.676
-
Rupiah Lemah Pagi Ini di Level Rp 16.665 per USD
-
Pertegas Komitmen Implementasikan Kebijakan Pusat di Wilayah Perbatasan
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri