- Rupiah melanjutkan pelemahan pada Jumat, 5 Desember 2025, dibuka pada level Rp 16.665 per USD.
- Pelemahan rupiah ini terjadi kontras dengan mata uang Asia lain seperti Won Korea yang menguat signifikan.
- Indeks dolar AS tercatat naik menjadi 99,00 setelah sebelumnya berada di level 98,98.
Suara.com - Nilai tukar rupiah terus melanjutkan pelemahan pada pembukaan Jumat, 5 Desember 2025. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp 16.665 per USD.
Alhasil, rupiah melemah 0,07 persen dibanding penutupan pada Kamis yang berada di level Rp 16.653 per dolar AS.
Sedangkan, kurs rupiah berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia di level Rp 16.646.
Padahal mata uang Asia lainnya menguat. Salah satunya, won Korea mencatat penguatan terbesar yakni 0,19 persen disusul baht Thailand yang menguat 0,05 persen.
Diikuti yen Jepang menguat 0,04 persen, dolar Singapura menguat 0,04 persen dan yuan China menguat 0,03 persen terhadap dolar AS.
Sedangkan, beberapa mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Peso Filipina melemah 0,10 persen, dolar Taiwan melemah 0,10 persen, ringit Malaysia melemah 0,09 persen. Diikuti dolar Hong Kong melemah 0,01 persen terhadap dolar AS.
Selain itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 99,00, naik dari sehari sebelumnya yang ada di 98,98.
Analis Perdagangan Rupiah
Dalam hal ini, Reseacrh & Development ICDX Tiffani Safinia mengatakan sejumlah faktor yang bisa memengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Terutama, pelemahan terbatas dolar AS setelah ekspektasi pasar kembali mengarah pada kebijakan moneter The Fed yang lebih longgar setelah rilis data tenaga kerja AS yang melemah.
Baca Juga: Rupiah Lemah Tak Berdaya Sore Ini Disebabkan Investor Cemas soal Data Cadangan Devisa
"Meski demikian, pasar tetap mewaspadai potensi pembalikan arah apabila data ekonomi AS menunjukkan hasil lebih kuat dari perkiraan, yang dapat mengangkat kembali indeks dolar dan menekan rupiah pada sesi sore," katanya saat dihubungi Suara.com.
Untuk itu, dia meminta BI terus melakukan kebijakan stabilisasi baik melalui intervensi terukur maupun penguatan instrumen pengelolaan devisa. Hal ini menjaga fluktuasi rupiah tetap terkendali.
Disclaimer: Artikel ini merupakan pandangan dan analisis pasar yang ditujukan sebagai informasi umum, bukan saran atau rekomendasi investasi. Keputusan investasi tetap berada di tangan pembaca, dan setiap risiko investasi menjadi tanggung jawab pribadi. Investor disarankan untuk melakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Dipantau Teknologi, PLMTG Kupang dan BMPP Nusantara 2 Dijamin Tak Alami Gangguan
-
Jelang Tutup Tahun! Asing Mulai Kempit Saham Grup Astra, Transaksi Ratusan Miliar
-
IHSG Bergerak Positif di level 8.600 pada Jumat Pagi, Gimana Proyeksinya?
-
AGTI : Pemerintah Melalui Menkeu Purbaya Tunjukan Komitmen Kelancaran Bahan Baku Tekstil
-
Permentan 33/2025 Perketat Sertifikasi ISPO, Perlindungan Pekerja Jadi Ukuran Utama
-
Harga Bitcoin Mulai Naik Lagi, Apa Pemicunya?
-
Transisi Hijau dalam Konstruksi Jadi Kunci Reindustrialisasi Regeneratif
-
Harga Emas Pegadaian Turun Tiga Hari Beruntun
-
OJK: Industri Asuransi Dilarang Naikkan Tarif Premi Tanpa Izin Nasabah
-
Pemerintah Diminta Kompak Atasi Pertumbuhan Industri Otomotif yang Lesu