Pengukuhan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan periode 2015-2020, Kamis (9/4) di Sanur Bali. (suara.com/Bagus Santosa)
Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Dewi Haroen menggambarkan kebatinan Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri tengah berada tekanan. Mega sakit hati melihat situasi politik yang terjadi di Istana Negara.
Sebab dalam pidato Megawati pada saat pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Kamis (9/4/2015). Mega mengungkapkan banyak 'penumpang gelap' yang dapat menggoyang pemerintahan. Mereka ingin menguasai secara politik dan ekonomi, pemerintahan Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Kalau kita menggambarkan suasana psikologis kebatinan Bu Mega itu sakitnya tuh di sini (pegang dada). Bagi Bu Mega ibarat pepatah minang membesarkan anak harimau secara tidak langsung. Ini dari sudut Bu Mega (di lihat dari sisi) psikologis," kata Dewi ketika diskusi disalah satu tempat dibilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (11/4/2015).
Dewi juga menilai, hal itu makin dirasakan setelah partainya yang mengusung Jokowi tidak mendapat banyak tempat dipemerintahan.
"Ini memberikn mandat kepada Pak Jolowi bahwa Bu Mega gak menjadi presiden sehingga mengutus Jokowi menjadi petugas parti, terlebih setelah beberapa lembaga survey yang sebelumnya (mengatakan) bahwa harusnya Bu Mega diganti, Pak Jokowi yang mimpin PDIP sakit kan (Megawati)?" kata Dewi.
"(Terlebih setelah) survei melihat seharusnya pemimpin PDIP bukan dari keturunan Bung Karno, seperti (Bu Mega) melihat sakitnya di sini (hati)," terang dia.
Hal itu semakin dirasakan Megawati setelah PDIP sulit untuk melakukan komunikasi dengan Jokowi di Istana Negara. "Orang yang suara di istana yang kaitannya lemah di PDIP," tutup Dewi.
Sebab dalam pidato Megawati pada saat pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Kamis (9/4/2015). Mega mengungkapkan banyak 'penumpang gelap' yang dapat menggoyang pemerintahan. Mereka ingin menguasai secara politik dan ekonomi, pemerintahan Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Kalau kita menggambarkan suasana psikologis kebatinan Bu Mega itu sakitnya tuh di sini (pegang dada). Bagi Bu Mega ibarat pepatah minang membesarkan anak harimau secara tidak langsung. Ini dari sudut Bu Mega (di lihat dari sisi) psikologis," kata Dewi ketika diskusi disalah satu tempat dibilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, (11/4/2015).
Dewi juga menilai, hal itu makin dirasakan setelah partainya yang mengusung Jokowi tidak mendapat banyak tempat dipemerintahan.
"Ini memberikn mandat kepada Pak Jolowi bahwa Bu Mega gak menjadi presiden sehingga mengutus Jokowi menjadi petugas parti, terlebih setelah beberapa lembaga survey yang sebelumnya (mengatakan) bahwa harusnya Bu Mega diganti, Pak Jokowi yang mimpin PDIP sakit kan (Megawati)?" kata Dewi.
"(Terlebih setelah) survei melihat seharusnya pemimpin PDIP bukan dari keturunan Bung Karno, seperti (Bu Mega) melihat sakitnya di sini (hati)," terang dia.
Hal itu semakin dirasakan Megawati setelah PDIP sulit untuk melakukan komunikasi dengan Jokowi di Istana Negara. "Orang yang suara di istana yang kaitannya lemah di PDIP," tutup Dewi.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
Terkini
-
Hari Ibu 2025, Menteri PPPA Serukan Nol Toleransi Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Perempuan
-
Tuntaskan 73 Perkara, KPK Ungkit Amnesti Hasto Kristiyanto dan Rehabilitasi Ira Puspadewi
-
Diburu KPK, Kasi Datun Kejari HSU Akhirnya Menyerahkan Diri ke Kejati Kalsel
-
Catatan KPK 2025: 439 Perkara, 69 Masih Penyelidikan
-
Detik-detik Kasi Datun Kejari HSU Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK
-
KPK Ungkap Capaian 2025: 11 OTT, 118 Tersangka, Aset Negara Pulih Rp 1,53 Triliun
-
Soal Pilkada Dipilih DPRD, Said Abdullah Wanti-wanti: Jangan Berdasar Selera Politik Sesaat!
-
Bandingkan Kasus Brigadir J, Roy Suryo Cs Minta Uji Labfor Independen Ijazah Jokowi di UI atau BRIN!
-
Diskusi Buku Dibubarkan, Guru Besar UII Sebut Aparat Anti Sains dan Mengancam Demokrasi
-
Catatan Bencana Alam di Indonesia 2025: Dari Erupsi Gunung Hingga Banjir Sumatra