Suara.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa pernah menyebut jika etnis Rohingya di Myanmar menjadi salah satu kelompok yang paling teraniaya di dunia. Sebab Rohingya terusir dari Bangladesh dan Myanmar. Namun mereka merasa damai di Nepal. Mengapa?
Salah satu muslim Rohingya di Nepal bernama Hassan. Dia tidak keberatan bercerita soal keadaannya di sana. Dia berjuang dari 2 kali gempa di sana bulan lalu. Sama seperti warga lainnya, Hassan berusaha berlindung dari gempa 7,9 SR dan 7,3 SR.
Dia tidur di jalan karena takut tempat tinggalnya di kawasan pinggiran Kathmandu roboh. Sebab dinding tempat tinggalnya sudah hancur.
Hassan adalah seorang pelarian di Nepal. Dia bersama 30-an etnis Rohingya lainnya kabur dari Myanmar ke Nepal untuk mencari kehidupan baru.
Saat ingin kabur, lelaki berusia 22 tahun itu sempat diberikan 2 pilihan. Kabur ke kawasan Indonesia dan Thailand atau ke negara lain. Namun Hasan lebih memilih ke Nepal dengan jalur khusus. Di ikut program perpindahan penduduk dengan sebuah LSM di Nepal.
Hassan mengatakan tidak ingin meregang nyawa kabur dengan kapal kayu reot. Belum lagi risiko bahaya perdagangan manusia di Thailand. Hassan lebih ingin berjuang di tengah gumpalan salju Himalaya.
"Saya beruntung, Jika saya pergi ke Thailand, mungkin aku sudah mati," kata Hassan dalam wawancara dengan majalah TIME.
Laporan badan PBB khusus pengungsian UNHCR mencatat ada 37.000 pengungsi dari berbagai negara di Nepal. Sebanyak 120 orang berasal dari Myanmar, dari itu 70 persennya adalah etnis Rohingya. Mereka mengungsi di Nepal, dan masih dianggap sebagai pengungsi ilegal.
Pengungsi Rohingya lainnya di Nepal, Mita Zhafir juga mengatakan Nepal lebih baik daripada Burma. "Untuk Rohingya, Nepal masih lebih baik dari Myanmar," kata Miya.
Di Nepal, etnis Rohingya tidak akan kentara. Sebab penduduknya tidak membedakan antara penganur Hindu dan Muslim.
"Di Nepal, mereka tidak melihat perbedaan antara Hindu atau Muslim," kata Miya.
"Di Myanmar, muslim hanya menjadi sasaran kejatan," Hassan menambahkan.
Lebih baik di Nepal daripada meregang nyawa di Myanmar
Namun itu jauh lebih baik. Sebab di Myanmar, Rohingya tidak diakui dan dirawat oleh pemerintah. Mereka kelaparan dan dianiaya oleh warga sekitar tempat mereka tinggal.
"Banyak dari mereka telah tewas. Mereka yang tetap, menderita kekurangan gizi dan kelaparan, terserang penyakit fisik dan mental yang berat. Belum lagi mereka diskriminasi dan penganiayaan," cerita Silvia, seorang peneliti HAM di Myanmar.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Wamenkomdigi: Pemerintah Harus Hadir untuk Memastikan AI Jadi Teknologi yang Bertanggung Jawab
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta