Suara.com - Pemerintah Cina telah menggelar sebuah festival bir di sebuah daerah mayoritas Muslims di Xinjiang menjelang Ramadan. Pemerintah Cina menyebut festival bertujuan untuk mempromosikan budaya modern, tetapi bagi kelompok pro kemerdekaaan Uighur, aksi Beijing ini adalah sebuah bentuk provokasi.
Wilayah otonomi Xinjiang, yang terletak di barat laut Cina, dihuni oleh mayoritas komunitas Uighur yang beragama Islam. Dalam setidaknya tiga tahun terakhir wilayah itu terus dilanda konflik yang menelan ratusan korban jiwa.
Pemerintah Cina menuding konflik itu dipicu oleh kelompok prokemerdekaan. Sebaliknya Kongres Ugihur Dunia, kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Xinjiang dan kini beroperasi dari pengasingan, mengatakan konflik itu adalah rekayasa Beijing untuk menekan dan bentuk diskriminasi terhadap komunitas Uighur.
Di Ramadan tahun ini ketegangan kembali terasa di Xinjiang, setelah media pemerintah Cina dan website resmi pemerintah lokal mengimbau agar anggota Partai Komunis, pegawai negeri, pelajar, dan guru untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan.
Adapun festival bir itu digelar di Niya, di wilayah selatan Xinjiang. Website resmi pemerintah daerah Niya menulis bahwa "kompetisi bir" digelar Senin (15/6/2015), jelang Ramadan dan diikuti oleh 60 petani serta pengembala lokal. Dalam website itu juga diunggah foto-foto perempuan lokal yang sedang menari dan barisan peserta yang mengikuti lomba minum bir.
"Kompetisi minum bir menghibur," tulis pemerintah Niya, yang menjelaskan bahwa pemengan dalam kontes itu mendapat hadiah hingga 1.000 yuan (sekitar Rp2,1 juta).
Artikel itu ditayangkan di website pemerintah pada Minggu (21/6/2015).
"Tujuannya untuk memperkenalkan budaya modern, untuk meramaikan kehidupan budaya desa, menekan ruang bagi berkembangnya agama-agama ilegal... dan menjami harmoni serta stabilitas desa," bunyi pernyataan dalam website tersebut.
Tetapi festival itu dikecam oleh Kongres Uighur Dunia. Dilxat Raxit, juru bicara organisasi itu, mengatakan kontes tersebut adalah bentuk provokasi.
"Ini adalah provokasi terbuka terhadap iman umat Islam," tegas dia.
Di Cina sendiri hidup sekitar 20 juta umat Islam di seluruh wilayahnya, termasuk di wilayah Xinjiang. (Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
BRIN Pastikan Arsinum Aman dan Optimal Penuhi Kebutuhan Air Minum Pengungsi Bencana Sumatera
-
6 Fakta Kecelakaan Bus di Exit Tol Krapyak Semarang: 15 Orang Meninggal, Korban Terjepit
-
Omzet Perajin Telur Asin Melonjak hingga 4.000 Persen Berkat Program MBG
-
Sibuk Pasok Dapur MBG, Warga Desa Ini Lepas dari Judi Online
-
Perkuat Kualitas PMI, Perusahaan Asal Taiwan Teken MoU dengan Anak Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Mendagri Bersama Menteri PKP Resmikan Pembangunan Hunian Tetap Korban Bencana di Tapanuli Tengah