Suara.com - Peneliti Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R Siti Zuhro masih banyak kelemahan pada persiapan penyelenggaraan pilkada serentak yang akan diselenggarakan pada 9 Desember mendatang.
"Persiapan pilkada serentak saat ini sudah lebih dari 50 persen, sehingga harus dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Waktu pelaksanaannya sudah tidak mungkin ditunda lagi," kata Siti Zuhro pada diskusi "Etika Politik Pilkada" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (7/9/2015).
Menurut Siti Zuhro, mencermati persiapan pelaksanaan pilkada dari sudut pandang etika politik, masih banyak kelemahan yang ada tapi harus terus dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
Bicara etika dalam persiapan pelaksanaan pilkada, kata dia, adalah bicara integritas pada seluruh stakeholder yang terkait dengan penyelenggaraan pilkada, baik partai politik, calon kepala daerah, maupun Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat sebagai penyelenggara pilkada.
"Saya melihat pada persiapan pilkada serentak tidak ada jaminan tidak terjadi perilaku distori atau pelanggaran etika," katanya.
Siti Zuhro juga melihat landasan hukum yang mengatur penyelenggaraan pilkada serentak, yakni aturan perundangan, peraturan pemerintah, mauapun peraturan KPU, masih belum sempurna, tapi sudah ditetapkan pelaksanaannya.
Konflik internal di Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), kata dia, juga belum selesai, tapi pelaksanaan pilkada sudah jalan terus.
"Persoalan etika ini jangan dianggap selesai karena menjadi preseden buruk pada dunia politik nasiional," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Kelompok DPD di MPR RI Muhammad Asri Anas menilai partai politik gagal melakukan kaderisasi sehingga figur yang diusung sebagai calon kepala daerah bukan kader terbaik, tapi figur yang populer dan memiliki dukungan finansial kuat.
Bahkan pengurus partai politik di daerah, kata dia, bisa dikalahkan figur non-kader karena faktor populer dan memiliki banyak uang.
"Saya juga mensinyalir, figur yang akan maju sebagai calon kepala daerah memberi 'mahar' kepada partai politik yang akan mengusungnya," katanya.
Menurut dia, dalam persiapan pilkada ini persoalannya menjadi rumit, ketika satu partai politik memberikan dualisme dukungan kepada dua calon kepala daerah, karena faktor mahar tersebut. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
Terkini
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
PAN Setuju Pilkada Lewat DPRD, Tapi Ada Syaratnya
-
Mendagri Serukan Percepatan Pembersihan Sisa Banjir dan Pembangunan Hunian Tetap di Aceh Tamiang
-
Pakar: PP Terbit Perkuat Perpol 10/2025, Jamin Kepastian Hukum
-
Jadi Pemasok MBG, Omzet Petani Hidroponik di Madiun Naik 100 Persen
-
Reformasi Polri Tanpa Tenggat? KPRP Bentukan Presiden Akui Masih Meraba Masalah
-
KPK Amankan Uang Rp 400 Juta saat Geledah Rumah Dinas Bupati Indragiri Hulu Ade Agus Hartanto