Ketua RW 04, Bahrudin Alwi, Kelurahan Kelapa Gading Timur, Jalan Pejuang IV, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. [suara.com/Nikolaus Tolen]
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Syanwani alias Iwan (46), kini berurusan dengan polisi. Iwan ditetapkan menjadi tersangka kasus pencabulan terhadap anak-anak di Jalan Pejuang IV, Kelurahan Kelapa Gading Timur, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Saat ditemui suara.com, Kamis (10/9/2015), Narti, warga yang tinggal di dekat musala Al-Barkah, bercerita.
Kasus tersebut mulai terungkap pada Selasa (1/9/2015). Ketika itu, seorang ibu melihat Iwan memegang alat kelamin seorang anak lelaki di sekitar musala Al-Barkah pada pukul 16.00 WIB.
Ibu tadi, katanya, langsung menegur Iwan. Kejadian itu berbuntut panjang. Perbuatan Iwan pun dilaporkan ke Ketua RW 04, Bahrudin Alwi, pada pukul 19.00 WIB.
Mendapatkan laporan dari warganya, Alwi langsung datang ke lokasi untuk memanggil Iwan agar datang ke rumah Alwi. Saat itu, Alwi belum mengatakan alasan memanggil Iwan.
"Pak RW datang memanggil bang Iwan, Wan kita ke rumah ya, ada perlu, kan kita mau ada acara satu Muharram, tapi kita bicaranya di rumah saja. Terus katanya, kenapa nggak bicara di sini saja Pak RW, tapi dijawab sama Pak RW, biar lebih seru saja. Dia bilang, kalau begitu saya ganti celana dan baju dulu. Kata Pak RW, nggak usah, begitu aja. Kebetulan dia kan hampir selalu mengikuti kegiatan agama di lingkungan kita," kata Narti menirukan percakapan Alwi dengan Iwan di dekat musala.
Saat itu, Alwi juga mengundang sejumlah warga agar datang ke rumah.
Iwan memenuhi undangan Alwi. Dan dia pun ditanyai soal kasus pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap salah seorang anak.
"Awalnya dia nggak ngaku, saat ditanya Pak RW, namun saat korbannya datang baru dia mengakuinya," kata Narti.
Saat itu, Narti ikut menguping pembicaraan di dalam rumah Ketua RW.
Setelah terdesak, kata Narti, akhirnya Iwan mengakui perbuatannya.
"Waduh saat sampai di rumah Pak RW dia itu seperti sapi ompong saja, disiram dengan air, diam saja, orang tua, kan marah," kata Narti.
Di tengah cemoohan warga, Iwan sempat minta ijin pergi ke toilet. Karena takut Iwan bunuh diri, warga mengawasinya terus.
Tak lama kemudian, Iwan dibawa ke kantor polisi untuk dilakukan pengusutan.
Saat ditemui suara.com, Kamis (10/9/2015), Narti, warga yang tinggal di dekat musala Al-Barkah, bercerita.
Kasus tersebut mulai terungkap pada Selasa (1/9/2015). Ketika itu, seorang ibu melihat Iwan memegang alat kelamin seorang anak lelaki di sekitar musala Al-Barkah pada pukul 16.00 WIB.
Ibu tadi, katanya, langsung menegur Iwan. Kejadian itu berbuntut panjang. Perbuatan Iwan pun dilaporkan ke Ketua RW 04, Bahrudin Alwi, pada pukul 19.00 WIB.
Mendapatkan laporan dari warganya, Alwi langsung datang ke lokasi untuk memanggil Iwan agar datang ke rumah Alwi. Saat itu, Alwi belum mengatakan alasan memanggil Iwan.
"Pak RW datang memanggil bang Iwan, Wan kita ke rumah ya, ada perlu, kan kita mau ada acara satu Muharram, tapi kita bicaranya di rumah saja. Terus katanya, kenapa nggak bicara di sini saja Pak RW, tapi dijawab sama Pak RW, biar lebih seru saja. Dia bilang, kalau begitu saya ganti celana dan baju dulu. Kata Pak RW, nggak usah, begitu aja. Kebetulan dia kan hampir selalu mengikuti kegiatan agama di lingkungan kita," kata Narti menirukan percakapan Alwi dengan Iwan di dekat musala.
Saat itu, Alwi juga mengundang sejumlah warga agar datang ke rumah.
Iwan memenuhi undangan Alwi. Dan dia pun ditanyai soal kasus pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap salah seorang anak.
"Awalnya dia nggak ngaku, saat ditanya Pak RW, namun saat korbannya datang baru dia mengakuinya," kata Narti.
Saat itu, Narti ikut menguping pembicaraan di dalam rumah Ketua RW.
Setelah terdesak, kata Narti, akhirnya Iwan mengakui perbuatannya.
"Waduh saat sampai di rumah Pak RW dia itu seperti sapi ompong saja, disiram dengan air, diam saja, orang tua, kan marah," kata Narti.
Di tengah cemoohan warga, Iwan sempat minta ijin pergi ke toilet. Karena takut Iwan bunuh diri, warga mengawasinya terus.
Tak lama kemudian, Iwan dibawa ke kantor polisi untuk dilakukan pengusutan.
"Semula, dia mengaku melakukan terhadap delapan anak, kemudian sepuluh anak, hari ini mengakui 16 anak, kemungkinan bisa bertambah lagi," kata Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait kepada suara.com, Rabu (9/9/2015) malam.
Suara.com - Arist berharap keluarga yang merasa anaknya menjadi korban untuk segera melapor kepada polisi agar bisa ditangani.
Arist mengecam keras kelakukan IW. Ia menyebut tindakan lelaki tersebut sebagai kejahatan kemanusiaan.
"Saya kira saya tidak akan merespons pengakuan korban yang nyatakan dulu dia punya pengalaman pahit sewaktu kecil. Pernah mendapatkan perlakuan yang sama. Itu tidak kami respon. Ini kejahatan kemanusiaan," katanya.
Siapa lelaki berinisial IW itu? Kepada polisi, kata Arist, dia mengaku tukang ojek.
"Katanya, tempat tinggalnya berpindah-pindah. Rumah kosnya, katanya, tergusur. Akhirnya numpang di musala. Itu pengakuannya," kata Arist.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Dana Transfer Dipangkas Rp 15 Triliun, APBD DKI 2026 Anjlok dan Gubernur Perintahkan Efisiensi Total
-
Kelurahan Kapuk Dipecah Jadi 3: Lurah Klaim Warga Menanti Sejak Lama, Semua RW dan RT Setuju
-
Antonius Kosasih Divonis 10 Tahun Bui di Kasus Korupsi PT Taspen, Hukuman Uang Pengganti Fantastis!
-
Kapuk Over Populasi, Lurah Sebut Petugas Sampai Kerja di Akhir Pekan Urus Kependudukan
-
Ada dari Bekasi dan Semarang, Tim DVI Identifikasi 7 Jasad Korban Ponpes Al Khoziny, Ini Daftarnya
-
Jokowi Absen di HUT TNI karena Tak Boleh Kena Panas, Kondisi Kesehatannya Jadi Gunjingan
-
Geger Sidang Ijazah Gibran: Tuntutan Rp125 T Bisa Dihapus, Syarat Minta Maaf dan Mundur dari Wapres
-
PHRI: Okupansi Hotel Merosot, Terhentinya Proyek IKN Buat Kaltim Paling Terdampak
-
BNPB Klaim Tragedi Ambruknya Ponpes Al Khoziny sebagai Bencana dengan Korban Terbanyak 2025
-
Jerat Adik Jusuf Kalla Jadi Tersangka, Polri Usut Dugaan Pencucian Uang Kasus Korupsi PLTU 1 Kalbar