Suara.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI) menyatakan kecewa karena pemerintah mengabaikan kajian para peneliti soal lahan gambut dan kebakaran hutan.
"Koordinasi peneliti dengan pemerintah sudah dilakukan melalui pemberian hasil penelitian dan harapan peneliti, adalah agar kebijakan pemerintah berdasarkan hasil kajian, tapi nyatanya berbeda," kata peneliti LIPI Profesor Tukirin di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subtoto, Jakarta Selatan, Kamis (17/9/2015).
Tukirin mengatakan, bahwa pihaknya sudah mengumpulkan data kalau lahan hutan gambut di Indonesia lebih dari setengahnya sudah dimanfaatkan lahan produksi berupa perkebunan.
Namun, yang paling mengecewakannya, dari 14 juta hektar lahan gambut yang sudah digunakan tersebut, 7 juta hektarnya seharusnya tidak boleh dijadikan lahan perkebunan. Pasalnya, lahan hutan gambut tersebut memiliki kedalaman lebih dari tiga meter.
"Yang lebih dari tiga meter dalamnya ini seharusnya tidak boleh jadi lahan perkebunan, sebab kalau nanti dibakar, sulit sekali dipadamkan dan akan menghasilkan asap yang sangat pekat. Pemerintah harus mencabut kembali perizinan di lahan tersebut," kata Tukirin.
Meski begitu, dia juga menyadari bahwa adanya kebijakan pemerintah yang melenceng dari rekomendasi yang diberikan berupa hasil penelitiannya tersebut karena adanya faktor politik.
"Kadang-kadang kebijakan itu politis, sehingga apa yang disarankan oleh peneliti berbeda dengan yang diterapkan pemerintah dan itu pasti tidak berjalan. Peneliti hanya merekomendasikan, jika tidak dipakai oleh pemerintah, maka akhir kebijakan tersebut pastilah sebuah bencana," katanya.
Dirinya juga mempersoalkan dana yang diberikan pemerintah untuk peniliti. Menurutnya, dana peneliti di Indonesia menjadi yang paling kecil di Asia Tenggara.
"Celakanya, dana penelitian kepada peneliti, terkecil di Asia Tenggara. Sangat sulit sekali agar peneliti menghasilkan penelitian yang baik, tapi dana tidak cukup," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Dorong Kedaulatan Digital, Ekosistem Danantara Perkuat Infrastruktur Pembayaran Nasional
-
AJI Gelar Aksi Solidaritas, Desak Pengadilan Tolak Gugatan Mentan Terhadap Tempo
-
Temuan Terbaru: Gotong Royong Lintas Generasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
-
PSI Kritik Pemprov DKI Pangkas Subsidi Pangan Rp300 Miliar, Dana Hibah Forkopimda Justru Ditambah
-
Penerima Bansos di Jakarta Kecanduan Judi Online, DPRD Minta Pemprov DKI Lakukan Ini!
-
Pecalang Jakarta: Rano Karno Ingin Wujudkan Keamanan Sosial ala Bali di Ibu Kota
-
5 Fakta OTT KPK Gubernur Riau Abdul Wahid: Barang Bukti Segepok Uang
-
Di Sidang MKD: Ahli Sebut Ucapan Ahmad Sahroni Salah Dipahami Akibat Perang Informasi
-
TKA 2025 Hari Pertama Berjalan Lancar, Sinyal Positif dari Sekolah dan Siswa di Seluruh Indonesia
-
Aktivis Serukan Pimpinan Pusat HKBP Jaga Netralitas dari Kepentingan Politik