Belakangan proyek mangkrak setelah Soeharto lengser dan menyisakan kerusakan lahan gambut terbuka di tiga kabupaten dan satu kota, termasuk Kuala Kapuas.
Rehabilitasi setengah hati berganti sawit
18 tahun kemudian, di lahan eks PLG tempat kami berdiri sekarang, terhampar kebun sawit milik PT KLM yang beroperasi pada 2014 lalu.
“Sawit ini paling baru berumur dua bulan, beberapa bulan lalu kami mampir ke sini belum ada. Masih kosong,” terang Noorhadie.
Di lahan inilah, kata Noorhadie, dulu warga mencari penghidupan. Mencari madu, berburu, berladang karet dan mencari ikan yang terjebak di kanal. Semua berubah sejak hutan berubah gundul.
Noorhadie bercerita, di perkebunan sawit ini dulu pernah dua kali dilakukan program rehabilitasi lahan gambut dan penghutanan kembali, alias reforestasi.
Kedua program rehabilitasi tersebut didanai asing yang melibatkan gabungan sejumlah pegiat LSM, akademisi dan sebagian warga.
Program pertama lewat Central Kalimantan Peatland Project (CKPP) yang didanai duit dari Belanda sebesar 30 juta dolar AS dalam rentang waktu pengerjaan rehabilitasi selama tiga tahun, sejak 2006 sampai 2008.
Sedangkan program rehabilitasi kedua didanai fulus Pemerintah Australia senilai 100 juta dolar Australia dengan rentang waktu lima tahun, sejak 2009 hingga 2014. Proyek ini menjadi bagian proyek percontohan REDD Plus melalui The Kalimantan Forests and Climate Partnership (KFCP).
Proyek KFCP meliputi luasan 120 ribu hektar lahan gambut yang ditanami karet atau tanaman prorduksi serta tanaman hutan.
Hasilnya? Nihil.
Sepanjang kami menyusuri kanal hingga mendekati perbatasan hutan lindung dan lahan gambut, yang disebut blok A dan E oleh warga setempat, yang terlihat hanya kebun sawit dan lahan gambut yang terbakar.
“Semua bibit karet yang dibawa dari orang-orang KFCP dari Palangkaraya banyak yang mati, stres menempuh perjalanan 236 kilo sampai lahan. Jenis karet itu juga tak bisa hidup di gambut. Sisanya yang ditanami kini ludes terbakar,” katanya.
Kami empat kali menepi di sepanjangan kanal. Setiap kali hendak melihat lahan yang pernah direhabilitasi, pemandangannya tak berubah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Benarkah 'Era Jokowi' Sudah Usai? 5 Fakta Reshuffle Prabowo, Diawali Depak Sri Mulyani
-
Kompolnas: Etik Tak Cukup, Kasus Kematian Ojol Affan Kurniawan Harus Diproses Pidana
-
21 Tahun Kasus Munir: Komnas HAM Periksa 18 Saksi, Kapan Dalang Utama Terungkap?
-
CEK FAKTA: Klaim Prabowo Pindahkan 150 Ribu TKI dari Malaysia ke Jepang
-
Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
-
Deadline 2026! Pemerintah Kejar Target Kemiskinan Ekstrem: Daerah Wajib Lakukan Ini...
-
Baru Dilantik Prabowo, Kekayaan Menteri P2MI Mukhtarudin Capai Rp 17,9 Miliar
-
Pesan Terbuka Ferry Irwandi ke Jenderal: Tidak Lari, Tidak Takut, Tidak Diam
-
CEK FAKTA: Video Jurnalis Australia Ditembak Polisi Indonesia
-
Dito Ariotedjo Dicopot dari Menpora, Bahlil Langsung Setor Nama Pengganti, Puteri Komarudin?