Pemerintah Tanzania telah memperingatkan akan menjatuhkan hukuman bagi orang tua yang gagal memastikan anak-anak mereka bersekolah. Peringatan ini dikeluarkan, ketika pemerintah Tanzania tengah bersiap untuk memperkenalkan pendidikan dasar gratis.
Dalam pergeseran kebijakan besar itu, pendidikan dasar dan sekunder akan digratiskan bagi seluruh anak-anak Tanzania dari Januari 2016, saat pemerintah bergabung dengan negara tetangga di timur Afrika, Uganda, dalam menawarkan pendidikan universal yang bebas biaya.
George Masaju, penuntut umum Tanzania, memperingatkan para orang tua yang dinilai kurang berusaha untuk menciptakan lingkungan yang terpelajar dengan melarang anaknya bersekolah, akan dijatuhi hukuman.
"Menyebabkan anak untuk berhenti sekolah dengan alasan apapun merupakan sebuah tindakan kriminal karena kalian menentang hak dasarnya untuk mengenyam pendidikan," ujar Masaju dalam sebuah upacara kelulusan di Sekolah Feza, Dar Es Salaam bulan lalu.
Gerakan pemerintah untuk menghapus biaya di sekolah dasar pada 2002 telah membantu meningkatkan keikutsertaan pendidikan dasar menjadi 94 persen dengan rentang usia tujuh hingga 13 tahun pada 2011 dari 59 persen pada 2000.
Namun para orang tua masih perlu mengeluarkan biaya tambahan seperti untuk membeli buku pelajaran, seragam dan juga biaya sekolah untuk beberapa sekolah menengah. Kebijakan baru itu bertujuan untuk membebaskan para keluarga dari segala biaya dan kontribusi untuk pendidikan dasar selama 11 tahun.
Meskipun para orang tua sudah diwajibkan untuk menyekolahkan anak-anaknya, namun tidak ada hukuman pada masa itu. Di negara miskin dimana sektor agrikultur, anak-anak Tanzania biasanya tetap di rumah untuk bekerja di ladang atau menjual buah dan sayuran di kota.
Dari Januari, orang tua yang melanggar akan didenda, namun para pejabat belum menentukan nominalnya, ujar seorang pejabat dari Kementerian Pendidikan. Namun tak seperti di Uganda dimana konstitusinya menegakkan hak atas pendidikan, di Tanzania tak ada orang tua yang ditindak secara hukum karena gagal menyekolahkan anaknya.
"Jika ada satu atau dua orang tua yang dihukum jika melakukan tindakan tidak bertanggung jawab, itu akan menjadi pelajaran bagi yang lain," ujar Renatus Mkinga, seorang komentator politik dari Dar Es Salaam.
Namun kebijakan ini menuai kritik. Sejumlah kalangan mengatakan bahwa lebih penting untuk menangani akar dari permasalahan itu.
"Salah satu permasalahan terbesar yang dihadapi masyarakat adalah kemiskinan, jika ada usaha serius untuk mengakhiri kemiskinan, sebagian besar masalah seperti itu akan hilang dengan sendirinya," ujar Mary James, seorang guru sekolah dasar di Mwanza, bagian utara Tanzania.
Menurut UNESCO, secara global, jumlah anak yang putus sekolah meningkat sebesar 2,4 juta antara 2010 dan 2013, menyebabkan jumlah keseluruhan lebih dari 59 juta. Dari jumlah tersebut, 30 juta diantaranya tinggal di wilayah sub sahara Afrika.
Sementara Tanzania berada di jalur untuk mencapai tujuan pembangunan milenium dalam hal pendidikan, dengan memberikan pendidikan dasar bagi lebih dari 90 persen anak-anak, menghapus biaya dan membangun sekolah di tiap desa, para guru.
"Sebagian besar sekolah di pedesaan tidak memiliki buku, para siswa duduk di lantai dalam ruangan yang penuh sesak, sulit untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dalam situasi tersebut," ujar Mkinga. (Thomson Reuters Foundation)
Berita Terkait
-
3 Langkah Cerdas Menyiapkan Dana Pendidikan Anak
-
Strategi Menabung untuk Pendidikan Anak: Panduan Lengkap untuk Orang Tua Bijak
-
Peringatan Hari Pramuka 2025, Pertamina Dukung Pendidikan Anak Indonesia Lewat SESAMA
-
Miris! Menteri Pendidikan Ungkap Banyak Orang Tua Tak Tahu Anaknya Kelas Berapa
-
Anies Baswedan Soroti Masalah Pendidikan Anak: Bukan Sekadar Angka
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Malam Tahun Baru 2026 Jalur Puncak Berlaku Car Free Night, Cek Jadwal Penyekatannya di Sini
-
Rilis Akhir Tahun 2025 Polda Riau: Kejahatan Anjlok, Perang Lawan Perusak Lingkungan Makin Sengit
-
Rekaman Tengah Malam Viral, Bongkar Aktivitas Truk Kayu di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Kadinsos Samosir Jadi Tersangka Korupsi Bantuan Korban Banjir Bandang, Rugikan Negara Rp 516 Juta!
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!