Rapat paripurna DPR [suara.com/Bagus Santosa]
Sepuluh fraksi di DPR sepakat mengurangi masa reses hingga kunjungan kerja ke luar negeri. Kesepakatan diambil dalam rapat antara pimpinan DPR dan semua pimpinan fraksi di DPR, Senin (18/1/2016) lalu.
Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen Syaifullah Tamliha mengatakan keputusan ini sangat baik.
"Pembatasan kunker adalah respon publik agar DPR tidak jalan-jalan, namun meskipun efektif perlu mekanisme pembahasan RUU," kata Saifullah dalam diskusi di DPR, Jumat (29/1/2016).
Menurut dia, kebijakan ini sekaligus merespon opini publik yang menyebut anggota DPR doyan jalan-jalan ke luar negeri, tanpa memikirkan tugas legislasi.
"Kebijakan Ketua DPR baru merupakan merespon kecaman publik karena menilai anggota DPR suka jalan-jalan dan tidak ada UU yang disahkan," kata anggota Fraksi PPP.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu juga mendukung. Apalagi, saat ini kinerja anggota dewan tengah disorot masyarakat.
"Selain kebijakan ini, kita juga harus menyoroti masalah intensitas kehadiran anggota DPR karena setahun lalu kehadirannya sangat kurang," kata anggota Komisi III.
Masalah kehadiran, kata Masinton, tetap perlu sebagai laporan kepada konstituen di daerah pemilihan. Menurutnya, kebijakan pemotongan masa reses ini sejalan dengan upaya peningkatan intensitas kehadiran anggota DPR.
"Jadi, kebijakan pemotongan masa reses sudah tepat," kata Masinton.
Pengurangan kunjungan ke luar negeri, DPR bisa menghemat anggaran sebesar Rp139 miliar. Anggaran untuk kepentingan kunjungan kerja, sekarang dipatok Rp360 miliar.
Sedangkan untuk masa reses, kata Ketua DPR Ade Komaruddin, dari lima minggu tiap kali kunjungan kerja, sekarang dikurangi menjadi hanya 17 hari. Dengan demikian, kinerja legislasi yang menargetkan 40 RUU untuk tahun ini bisa tercapai.
"Karena ada 40 yang masuk Prolegnas, maka 30-37 UU mudah-mudahan bisa kita hasilkan," ujar Ade.
Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen Syaifullah Tamliha mengatakan keputusan ini sangat baik.
"Pembatasan kunker adalah respon publik agar DPR tidak jalan-jalan, namun meskipun efektif perlu mekanisme pembahasan RUU," kata Saifullah dalam diskusi di DPR, Jumat (29/1/2016).
Menurut dia, kebijakan ini sekaligus merespon opini publik yang menyebut anggota DPR doyan jalan-jalan ke luar negeri, tanpa memikirkan tugas legislasi.
"Kebijakan Ketua DPR baru merupakan merespon kecaman publik karena menilai anggota DPR suka jalan-jalan dan tidak ada UU yang disahkan," kata anggota Fraksi PPP.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu juga mendukung. Apalagi, saat ini kinerja anggota dewan tengah disorot masyarakat.
"Selain kebijakan ini, kita juga harus menyoroti masalah intensitas kehadiran anggota DPR karena setahun lalu kehadirannya sangat kurang," kata anggota Komisi III.
Masalah kehadiran, kata Masinton, tetap perlu sebagai laporan kepada konstituen di daerah pemilihan. Menurutnya, kebijakan pemotongan masa reses ini sejalan dengan upaya peningkatan intensitas kehadiran anggota DPR.
"Jadi, kebijakan pemotongan masa reses sudah tepat," kata Masinton.
Pengurangan kunjungan ke luar negeri, DPR bisa menghemat anggaran sebesar Rp139 miliar. Anggaran untuk kepentingan kunjungan kerja, sekarang dipatok Rp360 miliar.
Sedangkan untuk masa reses, kata Ketua DPR Ade Komaruddin, dari lima minggu tiap kali kunjungan kerja, sekarang dikurangi menjadi hanya 17 hari. Dengan demikian, kinerja legislasi yang menargetkan 40 RUU untuk tahun ini bisa tercapai.
"Karena ada 40 yang masuk Prolegnas, maka 30-37 UU mudah-mudahan bisa kita hasilkan," ujar Ade.
Tag
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis
-
Jenderal Bintang Dua Terseret Sengketa Lahan Jusuf Kalla, Mabes AD Turun Tangan