Suara.com - Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil memutuskan tidak ikut melawan Basuki Tjahaja Purnama di Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 besok. Kang Emil menyampaikan banyak alasan.
Setelah jumpa pers di Bandung, Senin (29/2/2016) pagi, Emil langsung menuliskan sejumlah alasannya di akun Facebook-nya. Dia meminta maaf karena tidak maju menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
Berikut pernyataan lengkap Kang Emil:
Mohon maaf, walau kesempatan itu ada, saya memutuskan untuk tidak maju ke pemilihan Gubernur DKI 2017. Ini alasannya. mohon dibaca dengan seksama. Semoga Jakarta bisa memilih pemimpin terbaik tahun depan. hatur nuhun.
Ke Jakarta Tidak ke Jakarta
Indonesia lahir dari imajinasi. Rumah besar dengan penghuni yang beragam bukan seragam. Indonesianis Ben Anderson pun menyebut Indonesia sebagai "imagined community". Imajinasi ambisius yang mencoba menyatukan kebhinekaan 17 ribu pulau dan 700-an bahasa ini. Keragaman dan kekayaan tanah air ini luar biasa. Bangsa Portugis, Inggris dan Belanda pun dahulu berebut kekayaan ibu pertiwi ini. Kekayaan alam yang bisa membuat Belanda mau tukar guling Maluku dari Inggris dan menukarnya dengan pulau New Amsterdam yang berubah nama menjadi Manhattan New York City hari ini.
Manusia modern Indonesia hari ini dominasinya adalah turunan migran Micronesia asal Tiongkok yang dalam perjalanan sejarahnya bercampur dengan genetika India atau Arab. Bukan aseli turunan dari Homo Erectus Sangiran atau The Hobbit alias Homo Floresiensis. Migrasi bangsa Micronesia ribuan tahun lalu mendatangi Taiwan, Filipina, Indonesia sampai sejauh kepulauan Pasifik dan Hawaii. Makanya sawo matang kita mirip dengan sawo matang orang Hawaii. Jika mau melihat leluhur bangsa Indonesia, datangi kaum aborigin Taiwan yang genetikanya mirip dengan sawo matang manusia modern Indonesia hari ini. Sehingga mengadu domba etnisitas manusia Indonesia hari ini dengan istilah pribumi bukan pribumi adalah kebodohan.
Sejarah mencatat pusat Nusantara saat Sriwijaya adalah disekitar Sungai Musi. Nusantara saat Majapahit sebagai penguasa berpusat di Mojokerto. Dan Nusantara atau Indonesia hari ini berpusat Jakarta. Jakarta adalah pusat pemerintahan/politik dan juga pusat ekonomi Indonesia. Berbeda dengan Amerika dimana pusat pemerintahan di Washington DC dan pusat ekonominya di New York atau Los Angeles. Atau Tiongkok dengan Beijing sebagai pusat politik dan Shanghai sebagai pusat ekonomi.
Bercampurnya segala pusat ini itu di Jakarta membuat manusia-manusia Indonesia berlomba mengadu nasib ekonomi atau nasib politiknya ke Jakarta. Jakarta adalah mitos. Jakarta sekaligus juga adalah bom waktu.
Sedemikian besarnya magnet Jakarta sebagai kepusatan atas banyak hal, tidaklah heran jika menjadi Gubernur Jakarta menjadi incaran utama panggung politik. Pak Jokowi mundur dari Solo untuk menjadi Gubernur Jakarta tahun 2012 yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia di tahun 2014. Pak Ahok mundur dari anggota DPR untuk berpasangan dengan Pak Jokowi. Pak Alex Nurdin mundur sebagai Gubernur Sumsel, dan balik lagi ketika kalah. Tahun depan pak Ahok pun bersiap untuk pemilihan berikutnya. Dan karena satu dan lain hal, tawaran dan kesempatan itu pun datang kepada saya.
Saya tidak melakukan upaya apapun yang bersifat mempromosikan diri ke warga Jakarta. Sehingga ketika hasil survey menyatakan popularitas dan elektabilitas tiba-tiba-tiba naik, saya duga karena apa yang saya lakukan di Bandung dengan mudah dikonsumsi warga Jakarta via media sosial. Jangan lupa Jakarta adalah kota Twitter paling cerewet se dunia.
Kenapa tidak segera menyatakan maju atau tidak? Sebagai manusia timur, saya dilatih ibu saya untuk menghormati silaturahmi. “Jangan menolak undangan silaturahmi dan perbanyak takziah pada yang baru meninggal,” itu pesan rutin Ibu saya. Saya paham maksudnya, dengan silaturahmi persaudaraan berlipat. Dengan takziah, rasa syukur dan semangat hidup bertambah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'
-
Menkeu Purbaya hingga Dirut Pertamina Mendadak Dipanggil Prabowo ke Istana, Ada Apa?
-
Bukan Kursi Menteri! Terungkap Ini Posisi Mentereng yang Disiapkan Prabowo untuk Mahfud MD