Suara.com - Kelompok oposisi Venezuela memulai rangkaian demonstrasi pada Sabtu (12/3/2016), waktu setempat, dengan tujuan menurunkan Presiden Nicolas Maduro dari kekuasaannya.
Di sisi lain pendukung partai asal Maduro, Sosialis, juga menggelar unjuk rasa tandingan dengan tema "anti-imperialisme." Meski kedua pihak sama-sama berhasil mengumpulkan ribuan orang untuk turun di jalanan kota Caracas, demonstrasi tersebut belum mampu menyamai intensitas unjuk rasa yang terjadi beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar penduduk negara tersebut kini harus menghadapi krisis ekonomi dan sosial yang nampak semakin memburuk.
Aliansi oposisi memulai kampanye untuk menggulingkan Maduro dengan berbagai cara, yaitu demonstrasi, usulan referendum penurunan presiden, dan amandemen konstitusi.
Saat ini, kelompok oposisi tersebut telah menguasai parlemen Venezuela dalam kemenangan pemilihan umum legislatif Desember lalu. Mereka berharap dapat mengambil keuntungan lebih jauh dengan memanfaatkan kemarahan publik atas resesi ekonomi, inflasi yang mencapai tiga digit, dan kekerasan yang terus meningkat.
"Venezuela saat ini tengah kacau balau. Mereka hanya berjanji namun tidak membuktikannya. Yang terjadi justru penderitaan yang terus bertambah, tingkat kriminalitas yang tinggi, dan penghancuran yang terus terjadi," kata Ruth Briceno (35), mahasiswa hukum asal daerah kaya Chacao, yang ikut berdemonstrasi di kelompok oposisi pada Sabtu.
"Kami tidak bisa mendapatkan makanan bagi anak-anak. Maduro harus mundur tahun ini," kata dia.
Dua tahun lalu, kelompok oposisi sempat memobilisasi puluhan ribu orang dalam demonstrasi yang terjadi serempak di beberapa kota. Saat itu, jalanan Venezuela dipenuhi dengan gas air mata selama beberapa pekan.
Demonstrasi yang serupa mulai terjadi di kota San Cristobal meski belum mencapai ibu kota.
Di daerah Caracas lainnya, para pendukung Maduro mulai turun untuk memprotes pemberlakuan sanksi dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama terhadap sejumlah pejabat tinggi Venezuela. Sanksi tersebut semakin memperburuk hubungan kedua negara dan membuat Maduro menarik pulang diplomatnya dari Washington.
"Kami di sini untuk memprotes kebijakan Obama yang bodoh itu," kata Raiza Sucre, pegawai negeri sipil, yang ikut berunjuk rasa bersama ribuan warga lainnya.
Sucre menuding Amerika Serikat hanya mengincar minyak Venezuela, sektor yang menyumbang 94 persen pendapatan dari ekspor keseluruhan negara tersebut.
Obama sendiri akan terbang ke Kuba, yang merupakan sekutu besar Venezuela, pada akhir bulan ini.(Antara/Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
Terkini
-
Menteri Hukum Ultimatum PPP: Selesaikan Masalah Internal atau AD/ART Jadi Penentu
-
Satu Bulan Tragedi Affan Kurniawan: Lilin Menyala, Tuntutan Menggema di Benhil!
-
Polemik Relokasi Pedagang Pasar Burung Barito, DPRD DKI Surati Gubernur Pramono Anung
-
Siapa Ketum PPP yang Sah? Pemerintah akan Tentukan Pemenangnya
-
KPAI Minta Polri Terapkan Keadilan Restoratif untuk 13 Anak Tersangka Demonstrasi
-
Program Magang Fresh Graduate Berbayar Dibuka 15 Oktober, Bagaimana Cara Mendaftarnya?
-
DPR RI Kajian Mendalam Putusan MK soal Tapera, Kepesertaan Buruh Kini Sukarela
-
Setelah Kasih Nilai Merah, ICW Tagih Aksi Nyata dari Pemerintah dan Aparat Penegak Hukum
-
DPRD DKI Kaget Dana Transfer Pusat ke Jakarta Dipangkas, APBD 2026 Terancam Turun
-
DPRD DKI Kaget Dana Transfer Pusat ke Jakarta Dipangkas, APBD 2026 Terancam Turun