Suara.com - Kelompok masyarakat dari Jaringan Miskin Kota (JRMK) Jakarta, Serikat Becak Jakarta (Sebaja), Kelompok PKL Jakarta, dan Urban Poor Consortium (UPC), menagih janji politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Mereka akan secara bergantian melakukan aksi di depan Istana Negara, Jakarta, mulai besok, Senin (14/1/2016). Aksi yang didampingi LBH Jakarta ini akan terus dilakukan sampai mereka bisa bertemu langsung dengan Presiden Jokowi untuk menagih janji politik ini.
"Pada Senin nanti kita akan melakukan aksi secara marathon untuk menagih janji Presiden Jokowi," kata perwakilan UPC Gugun, dalam konfrensi persnya di Kantor YLBHI, Jakarta, Minggu (13/3/2016).
"Kami juga sudah bersurat ke Kantor Sekretariat Negara perihal permohonan audiensi pada 7 Maret 2016 dengan nomor surat 227/JRMK/03/2016," tambahnya.
Janji politik ini dilakukan pada saat Jokowi maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2012. Dalam janji politik itu, Jokowi juga membubuhkan tandatangan sebagai kontrak politik di hadapan ratusan rakyat miskin kota dan sekaligus melakukan penyerahan Dana kampanye yang dikumpulkan dari hasil saweran rakyat miskin kota.
Selanjutnya, pada 2014, Jokowi juga melakukan kontrak politik dengan rakyat miskin kota dari tujuh kota yang tergabung dalam Jejaring Rakyat Miskin Indonesia (Jerami). Kontrak politik kali ini dilakukan di atas tanggul Lumpur Lapindo, Sidoarjo saat Jokowi maju menjadi Presiden dan meninggalkan Jakarta.
Dari dua kontrak politik ini, ada beberapa poin yang menjadi komitmen Jokowi. Yaitu penataan kampung miskin, melakukan penggeseran bukan penggusuran dan perlindungan bagi pekerja di sektor informal seperti tukang becak dan pedagang kaki lima.
"Kami masih percaya Jokowi memenuhi janji politiknya ketika kampanye, apalagi janji itu ditandatangani secara tertulis. Tapi janji itu belum ditepati. Kami percaya dengan Jokowi karena itu kami mengingatkannya," kata dia.
Namun, janji politik ini belum tuntas, apalagi ketika Jokowi meninggalkan Jakarta. Hak rakyat miskin, khususnya perumahan dan pekerjaan tidak dipenuhi dengan baik. Bahkan, penggusuran dilakukan semakin menggila.
Dalam catatan LBH Jakarta, sebanyak 113 penggusuran paksa terjadi selama 2015. Penggusuran ini melibatkan 8145 KK dan 6283 unit usaha. Selain itu, hingga Februari 2016, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah menggaruk 500 becak yang beroperasi di wilayah Jakarta.
"Intinya kami ingin menagih janji. Kami sampaikan juga Kritik kepada Gubernur DKI Jakarta yang sekarang dalam memajukan jakarta yang hanya untuk orang kaya. Yang miskin dipinggirkan. Ini tidak ada kaitannya dengan pilkada, mohon jangan ada bias. Kami murni Tagih janji dan kenyataannya rakyat miskin tergurus," ujar Gugun.
Cara penggusuran yang dilakukan Ahok ini yang diprotes oleh Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Jakarta. Perwakilan JRMK Jakarta Kokom mengatakan program penggusuran yang dilakukan pemprov DKI Jakarta sekarang berbeda dengan yang dilakukan pada masa kepemimpinan Jokowi. Cara yang dilakukan Ahok tidak lebih baik dari yang dilakukan Jokowi.
"Kalau Jokowi dulu ada ngomong dulu, ngobrol dulu, kalau Ahok ga ada, kasih surat langsung gusur. Waktu itu, di rusunawa waktu jaman Jokowi 30 tahun bisa dibuat surat (kepemilikan). Kalau ini seumur hidup bayarnya," kata Kokom.
Sementara itu, Perwakilan Serikat Becak Jakarta (Sebaja) Rasdullah juga mempertanyakan haknya dari Pemprov DKI dalam pemenuhan kehidupan layak. Sebab, pemprov DKI Jakarta kerap melakukan penggarukan becak yang berada di Jakarta. Jika memang ingin ditertibkan, Rasdullah pun siap, namun dengan pembatasan yang jelas dan bukan malah dihilangkan sama sekali.
"Saya ke sini ke LBH, kita minta perlindungan. Makannya temen-temen datang ke mari untuk minta bantuan. Tukang becak bukan untuk mencari kekayaan hanya kebutuhan hidup. Alasannya ada Pergub, tapi kita ada aturan yang lebih tinggi yaitu UUD 45 untuk hidup layak," kata Rasdullah.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
Pilihan
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
Terkini
-
Prabowo Terbang ke Jepang, AS, hingga Belanda, Menlu Sugiono Beberkan Agendanya
-
Jokowi Gagas Prabowo - Gibran Kembali Berduet di 2029, Pakar: Nasibnya di Tangan Para "Bos" Parpol
-
Pidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Mengulang Sejarah Perjuangan Diplomasi Prof Sumitro
-
Prabowo Ubah IKN jadi Ibu Kota Politik Dinilai Picu Polemik: Mestinya Tak Perlu Ada Istilah Baru!
-
11 Tahun DPO hingga Lolos Nyaleg, Jejak Litao Pembunuh Anak Ditahan usai Jabat Anggota DPRD
-
Apa Itu Tax Amnesty? Menkeu Purbaya Sebut Tidak Ideal Diterapkan Berulang
-
Sebut Hasil Rekrutmen Damkar Diumumkan Pekan Depan, Pramono: Saya Minta Jangan Terlalu Lama
-
Cinta Segitiga Berdarah di Cilincing: Pemuda 19 Tahun Tewas Ditusuk Mantan Pacar Kekasih!
-
Segera Diadili Kasus Pembunuhan Kacab Bank BUMN, Sidang Kopda FH dan Serka N Bakal Digelar Terbuka
-
Tragedi Rumah Tangga di Cakung: Suami Bakar Istri dan Kontrakan Ditangkap Usai Kabur 3 Hari