Ilustrasi KPU [suara.com/Adrian Mahakam]
Baca 10 detik
Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhamad Syarif menilai Komisi Pemilihan Umum tidak cermat menangani dana sumbangan yang diterima para kandidat peserta pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, maupun pemilihan kepala daerah.
"Money politics itu tetap terjadi dan susah untuk menindak secara keseluruhan. Dan untuk penyumbang, KPU serasa kurang memverifikasi juga dan belum dilakukan dengan baik," kata Laode dalam rapat koordinasi evaluasi persyaratan calon kepala daerah di pilkada serentak tahun 2015 bersama IDI, BNN, dan KPK di gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (21/3/2016).
Selain dana sumbangan dari donatur, Laode juga menyoroti praktik mahar politik dari calon ke partai politik.
"Money politics itu tetap terjadi dan susah untuk menindak secara keseluruhan. Dan untuk penyumbang, KPU serasa kurang memverifikasi juga dan belum dilakukan dengan baik," kata Laode dalam rapat koordinasi evaluasi persyaratan calon kepala daerah di pilkada serentak tahun 2015 bersama IDI, BNN, dan KPK di gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (21/3/2016).
Selain dana sumbangan dari donatur, Laode juga menyoroti praktik mahar politik dari calon ke partai politik.
"Hal lain yang masih ada adalah adanya mahar politik, dan memang ini kerap lolos dari pantauan bawaslu dan panwas," kata Laode
Itu sebabnya, Laode meminta KPU dan Bawaslu sebisa mungkin mengatasinya.
Untuk mencegahnya, Laode menyarankan KPU mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat.
Itu sebabnya, Laode meminta KPU dan Bawaslu sebisa mungkin mengatasinya.
Untuk mencegahnya, Laode menyarankan KPU mengintensifkan sosialisasi kepada masyarakat.
"Model pembekalan dan sosialisasi itu sangat penting. seperti menolak politik uang,dan praktik-praktik lainnya yang negatif," kata Laode.
Komentar
Berita Terkait
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Alasan Penggugat Minta Gibran Ganti Rugi Rp125 Triliun soal Ijazah SMA
-
Riwayat Pendidikan Gibran di KPU Jadi Sorotan, Masa SMA Ditempuh 5 Tahun
-
KPU Dikecam karena Rahasiakan Dokumen Capres-Cawapres: Langgar UU?
-
KPU Rahasiakan Ijazah Capres dan Cawapres, Hotman Paris: Mau Lindungi Seseorang?
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO