Suara.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyayangkan aksi menyemen kaki yang dilakukan oleh ibu-ibu dari Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, di depan Istan Mardeka. Sebab aksi tersebut dipandang sebagai bentuk penyiksaan diri.
"Kami sangat menyayangkan sebenarnya aksi ini harus terjadi, terutama karena ada bentuk penyiksaan diri," kata salah satu Komisioner Komnas HAM, Sandrayati Moniaga kepada Suara.com, di Jakarta, kamis (14/4/2016).
Sandra paham alasan para ibu-ibu tersebut melakukan aksi nekat yang sangat membahayakan. Namun Komnas HAM tidak bisa menerima langkah aksi yang dilakukan. Dia minta aksi itu dihentikan.
"Kami memahami alasannya, tapi kami tidak bisa menerima pilihan bentuk aksinya. Saya terutama ingin mendorong segera selesaikanlah bentuk aksi ini. Aksi menyemen badan ini, memang cukup fenomenal. Tapi di sisi lain ini merusak badan sendiri. Kita nggak tahu apa dampaknya jangka panjang kepada ibu-ibu ini," tagas Sandra.
Ia juga mengaku pernah bertemu dengan Dokter yang mendampingi para ibu-ibu tersebut, namun menurut Dokter itu, apa yang dilakukan oleh Ibu-ibu tersebut masih dalam ambang batas. Meski demikian, Sandra tetap berharap aksi tersebut segera diselesaikan.
"Saya kemarin juga ketemu sama dokter yang mengawal. Menurut dia (Dokter) sih masih dalam ambang batas. Tapi nggak ada yang punya pengalaman menyemen seperti itu kan? Jadi mudah-mudahan bisa segera diakhiri," tuturnya.
Ia juga mengaku memahami frustasi yang dirasakan oleh masyarakat Pegunungan Kendeng. Dia berharap pemerintah bisa menyelesaikan persoalan tersebut. Sehingga bentuk aksi serupa tidak terjadi lagi.
"Terkait aksi mereka, kami bisa memahami frustasinya para ibu-ibu dan masyarakat pegunungan kendeng yang lain. Dan kami sebenarnya berharap, dan cukup yakin bahwa pemerintah bisa menyelesaikan persoalan yang ada," tutupnya.
Aksi menyemen kaki yang dilakukan oleh 9 perempuan dari Pegunungan Karst, Kendeng, Jawa Tengah, di seberang Istana Merdeka. Ini merupakan aksi yang kesekian kalinya.
Bertahun-tahun mereka menolak pembangunan pabrik Semen Indonesia di daerahnya. Sebab terindkasi akan merusak lingkungan hidup serta merugikan masyarakat setempat. (Dian Rosmala)
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Gus Ipul Tegaskan Stiker Miskin Inisiatif Daerah, Tapi Masalahnya Ada 2 Juta Data Salah Sasaran
-
Mengapa Myanmar dan Kamboja Bukan Negara Tujuan Kerja yang Aman? Ini Penjelasan Pemerintah
-
Misteri Grup WA Terjawab: Kejagung Bantah Najelaa Terlibat Skandal Chromebook
-
DPD RI Gelar DPD Award Perdana, Apresiasi Pahlawan Lokal Penggerak Kemajuan Daerah
-
Program Learning for Life, Upaya Kemenpar Perkuat Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata
-
Ada 4,8 Juta Kelahiran Setahun, Menkes Budi Dorong Perbanyak Fasilitas Kesehatan Berkualitas
-
Menkes Budi: Populasi Lansia di Jakarta Meningkat, Layanan Kesehatan Harus Beradaptasi
-
Berkas Lengkap! Aktivis Delpedro Cs akan Dilimpahkan ke Kejati DKI Rabu Besok
-
Sudah Vonis Final, Kenapa Eksekusi Harvey Moeis Molor? Kejagung Beri Jawaban
-
Sinergi Polri dan Akademi Kader Bangsa: Bangun Sekolah Unggul Menuju Indonesia Emas 2045