Suara.com - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai negara tidak serius dalam melindungi hak asasi manusia. Hal ini menyusul pembubaran yang dilakukan oleh kelompok intoleran terhadap acara Pertemuan Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965-1966 dari berbagai kota, Kamis (14/4/2016) di Kawasan Puncak, Jawa Barat. Pertemuan tersebut untuk menyatukan suara atau langkah agar tidak simpang siur menjelang Simposium Nasional yang akan diselenggarakan pada tanggal 18-19 April 2016 di Hotel Aryaduta.
"Itu menunjukkan negara tidak pernah benar serius melindungi hak asasi manusia. Pertemuan korban kemarin kan menyusun sikap mereka, yang akan dibawa ke Simposium Nasional," ujar Kepala Divisi Pemantauan Impunitas Kontras Feri kusuma kepada Suara.com, di Kantor Kontras, Kwitang, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Terkait pembubaran tersebut, dirinya meminta pelaku yakni kelompok itu intoleran harus ditindaktegas. "Kenapa kemudian dibubarkan? Polisi masih permisif kepada kelompok intoleran. Saya bilang ini kelompok pelanggar hukum seharusnya di proses hukum, " kata Feri.
Selain itu, menurut Feri, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan dianggap bertanggung jawab atas pembubaran yang dilakukan Kelompok intoleran. Sangat tidak berguna, jika Simposium Nasional dilakukan tapi korban pelanggaran HAM berat, tidak diberikan jaminan keamanan dan kebebasan mengeluarkan aspirasi.
"Kalau Menkopolhukam enggak mau menindak pelaku pembubaran kemarin, lebih baik Simposium Nasional nggak usah dibuat. Nggak ada gunanya simposium itu, kalau Simposium membahas persoalan korban, tapi ketika ada korban bikin pertemuan lalu di bubarkan,"Imbuhnya
Namun kata Feri, jika tidak ada penegakkan hukum kepada mereka yang melakukan aksi pembubaran, menunjukkan satu bukti, negara tidak memberikan perlindungan kepada warga negara.
"Kalau nggak ditindak ini (kelompok intoleran) tandanya enggak ada garansi dari sebuah negara, untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara yang menjadi korban peristiwa 1965,"jelas Feri.
Dirinya berharap tidak ada lagi pembubaran yang dilakukan kelompok manapun. "Kita berharap jangan sampai terjadi lagi, semoga ini terakhir kalinya. Kalau ada lagi (pembubaran) berarti negara nggak punya itikad baik," ungkapnya.
Untuk diketahui, acara pertemuan YPKP dibubarkan kelompok intoleran, kemarin. Pertemuan itu sediannya membahas persiapan Simposium 65 yang digelar pemerintah di Hotel Aryaduta, 18-19 April 2016.
Kelompok intoleran yang membubarkan pertemuan tersebut beralasan, pertemuan tersebut dituding merencanakan pendirian Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Kami dibilang mau mendirikan PKI. Padahal pertemuan ini memberikan laporan antar daerah terkait korban 1965," kata saksi mata pembubaran acara tersebut, Nadiani S.
Tag
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Gempa Magnitudo 6,5 Leeward Island, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami di Indonesia
-
Kewenangannya Dicabut, Karen Agustiawan Klaim Tak Tahu Soal Penyewaan Tangki BBM Anak Riza Chalid
-
Babak Baru Skandal Whoosh: Pakar Hukum Desak KPK 'Seret' Jokowi ke Meja Pemeriksaan
-
Karen Agustiawan Ungkap Fakta TBBM Merak: Kunci Ketahanan Energi Nasional atau Ladang Korupsi?
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum
-
KCIC Siap Bekerja Sama dengan KPK soal Dugaan Mark Up Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh
-
Mendagri Tito Karnavian Buka-bukaan, Ini Biang Kerok Ekonomi 2 Daerah Amblas!
-
Sidang Kasus Korupsi Pertamina, Karen Agustiawan Ungkap Tekanan 2 Pejabat Soal Tangki Merak
-
Ultimatum Gubernur Pramono: Bongkar Tiang Monorel Mangkrak atau Pemprov DKI Turun Tangan!
-
Drama Grup WA 'Mas Menteri': Najelaa Shihab dan Kubu Nadiem Kompak Bantah, tapi Temuan Jaksa Beda