Suara.com - Survei yang dilakukan lembaga Konsep Indonesia menunjukkan tingkat elektabilitas Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) paling tinggi, disusul Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
"Elektabilitas kandidat dengan menggunakan simulasi 14 nama terdiri dari Basuki Tjahaja Purnama dengan 38,9 persen, Yusril Ihza Mahendra 24,7 persen, Tri Rismaharini 5,2 persen, dan Sandiaga Salahudin Uno 3,39 persen," kata Direktur Konsep Indonesia, Veri Muhlis Arifuzzaman, dalam konferensi pers di Hotel Alia, Cikini, Jakarta, Selasa (10/5/2016).
Dalam survei, Konsepindo membuat simulasi dengan mengadu dua nama. Simulasi pertama Ahok dengan Yusril Ihza Mahendra. Dalam simulasi ini, Ahok mendapatkan 45 persen suara, sedangkan 32 persen milik Yusril, dan 23 persen responden tidak menjawab.
Dalam simulasi kedua, Ahok dengan Risma. Hasilnya, Ahok mendapatkan 58 persen dan Risma hanya 13,1 persen, sedangkan tidak menjawab sebanyak 28,9 persen responden.
"Ini artinya kalau dibaca sederhana, Ahok menang pilkada. Tapi ini karena adanya strong supporter, di mana dipukul-pukul nggak akan berubah pilihannya," kata dia.
Dinamika pilihan politik warga Jakarta dipengaruhi cukup signifikan oleh respon terhadap pemberitaan media yang berkembang selama sebulan. Di antaranya, kasus dugaan penyimpangan pembelian tanah untuk Rumah Sakit Sumber Waras, dugaan suap pembahasan raperda Teluk Jakarta, dan penggusuran.
"Pertimbangan lain yang turut mempengaruhi pilihan politik warga DKI Jakarta dalam survei ini adalah kriteria ideal seorang pemimpin. Yaitu, bebas korupsi, amanah, tegas, merakyat, adil, santun, layak jadi gubernur dan berwibawa," ujarnya.
Survei ini untuk menguji konsistensi pilihan politik warga terhadap tokoh yang telah muncul di publik. Yakni, dengan mengukur keterpilihan kandidat melalui aspek dimensi sosiografi dengan menggunakan metode multi stage random sampling. Survei dilakukan dengan cara wawancara lapangan sejak 24 April sampai 4 Mei 2016.
Survei dilakukan menggunakan populasi seluruh warga Jakarta yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah sampel 620 responden, dengan margin of error kurang lebih 4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu
-
Misi Penyelamatan Pekerja Tambang Freeport Berlanjut, Ini Kabar Terbarunya
-
Buntut Aksi Pemukulan Siswa ke Guru, Dikeluarkan Sekolah dan Ayah yang Polisi Terancam Sanksi
-
Perkuat Pertahanan Laut Indonesia, PLN dan TNI AL Jalin Kolaborasi
-
Korban Pemerkosaan Massal '98 Gugat Fadli Zon: Trauma dan Ketakutan di Balik Penyangkalan Sejarah