Suara.com - Politisi Partai Golkar yang juga alumni Himpunan Mahasiswa Islam, Fahmi Idris, ikut tersinggung dengan ucapan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Saut Situmorang.
"Saya sebagai orang yang tidak pernah korupsi, tersinggung. Kok dia menyebut tidak beberapa, tapi semuanya, termasuk saya, makanya saya berhak membela diri," kata Fahmi di gedung KPK, Kamis (12/5/2016).
Mantan Menteri Perindustrian datang ke KPK, antara lain, untuk bertemu Saut dan meminta bukti atas pernyataan yang telah menyulut kemarahan HMI.
"Maksud pertemuan saya dengan Saut dalam rangka statement dia yang secara sengaja di depan publik lewat TV bahwa ketika mahasiswa HMI itu baik, tapi ketika menjabat korup. Itu statementnya," kata dia.
"Saya mau minta bukti, bisa buktikan nggak, kalau yang korupsi itu bukan atas nama lembaga, patut dihukum ya hukumlah," Fahmi menambahkan.
Namun, Fahmi tidak berhasil menemui Saut. Soalnya, semua pimpinan KPK sedang tidak ada di ruang kerja.
"Kami berniat jumpa pimpinan KPK, khususnya saudara Saut Situmorang, aku udah bikin Appointment (janjian), tapi ternyata dia tidak ada, dan pimpinan KPk semua tidak ada," kata dia.
Dalam diskusi di TV One beberapa hari lalu, Saut antara lain mengatakan: "... karakter integritas bangsa ini sangat rapuh. Orang yang baik di negara ini jadi jahat ketika dia sudah menjabat. Lihat saja tokoh-tokoh politik, itu orang-orang pintar, orang-orang cerdas..."
"Saya selalu bilang, kalau di HMI dia minimal ikut LK1. Lulus itu dia anak-anak mahasiswa, pintar. Tapi begitu jadi menjabat, dia jadi jahat, curang, ini karena apa? Karena saya bilang sistem belum jalan. Artinya apa? Adapun peraturan-peraturan itu tidak pernah kita jalankan....," Saut menambahkan.
HMI kemudian menuntut permintaan maaf dan meminta Saut menarik pernyataannya. Tak lama kemudian, Saut meminta mengklarifikasi dan meminta maaf kepada mereka. Namun, HMI tidak puas.
Pengamat politik Boni Hargens mengatakan polemik anggota HMI dan Saut tidak seharusnya diramaikan lebih lama. Pasalnya, hal itu hanya masalah komunikasi. Menurut Boni, Saut hanya keliru dalam diksi atau pilihan kata.
"Korupsi memang sudah menjadi persoalan endemik. Semua profesi sudah terjangkit, begitu juga ormas. Kader berbagai organisasi juga banyak yang terjerat korupsi,"' ujar Boni Hargens.
Boni meminta semua pihak perlu berjiwa besar dan saling memaafkan. Apalagi, kata dia, Saut hari ini melekat dengan institusi KPK.
"Kita harus menjaga KPK agar mereka bekerja dengan tenang. Kekhilafan seperti ini layak dimaafkan. Saya yakin tokoh-tokoh HMI di Republik ini yang sudah banyak memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa dan negeri akan arif dan memaafkan kekeliruan komunikasi seperti ini, " kata Boni.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu
-
Misi Penyelamatan Pekerja Tambang Freeport Berlanjut, Ini Kabar Terbarunya
-
Buntut Aksi Pemukulan Siswa ke Guru, Dikeluarkan Sekolah dan Ayah yang Polisi Terancam Sanksi
-
Perkuat Pertahanan Laut Indonesia, PLN dan TNI AL Jalin Kolaborasi
-
Korban Pemerkosaan Massal '98 Gugat Fadli Zon: Trauma dan Ketakutan di Balik Penyangkalan Sejarah
-
Pengamat: Dasco Punya Potensi Ubah Wajah DPR Jadi Lebih 'Ramah Gen Z'
-
Cuma Minta Maaf Usai Ditemukan Polisi, Kejanggalan di Balik Hilangnya Bima Permana Putra