Suara.com - Salah satu tersangka pembunuh polisi dalam serangan yang terjadi di Dallas, Amerika Serikat, ternyata merupakan bekas tentara cadangan AS yang pernah bertugas di Afghanistan. Tersangka, seorang lelaki berkulit hitam, mengatakan bahwa ia ingin "membunuh orang kulit putih" menyusul aksi protes menentang penembakan terhadap sejumlah lelaki kulit hitam oleh polisi di Minnesota dan Louisiana.
Sedikitnya lima polisi tewas ditembak dalam serangan tersebut. Sementara itu, tujuh polisi dan dua warga sipil terluka pada peristiwa yang terjadi Kamis (7/7/2016) malam. Polisi menembak mati pelaku, yang teridentifikasi sebagai Micah Xavier Johnson. Johnson tewas oleh robot pembawa bom yang dipakai polisi untuk menyergapnya di sebuah lahan parkir.
Insiden ini terjadi di tengah demonstrasi menentang perlakuan kejam penegak hukum terhadap orang-orang kulit hitam. Demonstrasi tersebut dimotori oleh gerakan yang menamakan diri Black Lives Matter.
"Ini adalah tragedi kejam yang direncanakan dan dipikirkan dengan rapi oleh para tersangka. Kami tidak akan beristirahat sampai menyeret semua yang terlibat ke meja hijau," kata Kepala Polisi Dallas David Brown.
Selagi bernegosiasi dengan polisi, Johnson mengatakan kepada reporter bahwa dirinya marah terhadap penembakan yang terjadi di Louisiana dan Minnesota.
"Tersangka mengatakan dirinya kesal pada Black LivesMatter. Namun, ia juga kesal pada orang-orang kulit putih. Tersanga mengatakan bahwa ia ingin membunuh orang-orang kulit putih, terutama petugas kulit putih," kata Brown.
Johnson merupakan anggota kelompok "Black Panther Party Mississippi" di laman Facebook yang memiliki 200 anggota lebih. Awal bulan ini Johnson menyebar sebuah video di mana di dalamnya ia menggambarkan pembunuhan orang kulit putih yang tampak seperti lumba-lumba atau paus.
Kasus pembunuhan terhadap lima polisi itu masih samar. Pihak berwajib mengatakan, pelaku memang melepaskan tembakan dalam serangan tersebut, namun kemungkinan ada beberapa pelaku lain.
Detail peristiwa penembakan tersebut masih belum jelas. Tidak diketahui pula bagaimana satu orang seperti Johnson bisa menembak demikian banyak petugas. Kendati demikian, ada sebuah video yang diambil seorang saksi mata, memperlihatkan seorang lelaki membawa sebuah senapan serbu dan amunisi dalam jumlah besar. (Reuters)
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Kebahagiaan Orangtua Siswa SMK di Nabire Berkat Program Pendidikan Gratis
-
Sosialisasi Program Pendidikan Gratis, SMK Negeri 2 Nabire Hadirkan Wali Murid
-
BMKG Rilis Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Sejumlah Kota, dari Pekanbaru Hingga Banten
-
Cuaca Hari Ini: Jakarta dan Sekitarnya Diguyur Hujan Ringan, Waspada Banjir
-
Bahlil Tepati Janji, Kirim Genset Hingga Tenda ke Warga Batang Toru & Pulihkan Infrastruktur Energi
-
Mendagri Tito Dampingi Presiden Prabowo Tinjau Banjir Langkat, Fokus Pemulihan Warga
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Polisi Bongkar Perusak Kebun Teh Pangalengan Bandung, Anggota DPR Acungi Jempol: Harus Diusut Tuntas
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis