Suara.com - Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi Gerindra Roberth Rouw menilai kejahatan peredaran dan penggunaan vaksin palsu secara masif sama dengan genosida atau penghancurkan sebuah generasi.
Karenanya, dia meminta pelaku yang terkait dalam vaksin palsu ini diberi hukuman seberat-beratnya dan dijerat dengan pasal berlapis.
"Ini perbuatan yang sangat keji. Dan bila dibiarkan ini bisa terjadi genosida, artinya kita bisa kehilangan satu generasi," kata Roberth dalam rapat kerja antara Komisi IX DPR RI dengan Menteri Kesehatan dan Kabareskrim Polri, Kamis (14/7/2016).
Dia juga mendesak kepada Satgas penanganan vaksin palsu dan BPOM untuk segera melakukan penelitian dan investigasi terhadap kasus vaksin palsu ini. Langkah ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui peredarannya lantaran vaksin ini disebutkan sudah beredar di sembilan kota.
"Untuk menjawab kegelisahan vaksin palsu maka harus ada pemeriksaan menyeluruh di seluruh Indonesia dan tidak hanya di 9 provinsi saja. Libatkan Balai Besar POM di setiap provinsi untuk mengungkap peredaran ini. Sehingga, ada jawaban pemeriksaan di 34 provinsi dan bagaimana hasilnya," kata Roberth panjang lebar.
Dia juga mengatakan agar Satgas penanganan vaksin palsu kembali memeriksa anak-anak yang telah melakukan vaksinasi di rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan yang diduga menggunakan vaksin palsu. Pemeriksaan ulang ini dibutuhkan agar vaksinasi yang dilakukan tidak sia-sia.
"Kemenkes memiliki data lengkap anak-anak yang telah melakukan vaksinasi di rumah sakit, Puskesmas, atau Fasyankes lainnya yang diduga menggunakan vaksin palsu. Periksa dan ambil sample anak-anak itu, jangan sampai anak-anak itu menjadi korban," ujar Roberth.
Dia juga berharap pemerintah meminta maaf atas beredarnya vaksin palsu ini sejak 2003. Permintaan maaf ini, menurut Roberth, diperlukan agar ada pertanggungjawaban dari pihak pemerintah.
"Harus ada permohonan maaf dari pemerintah, bukan malah masyarakat dibiarkan begini saja. walau kita tahu Ibu (Nila F Moeloek, red) baru jadi menteri, tapi ini negara. Siapapun yang menjadi pemimpin harus bertanggungjawab bagi negara," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Hadiri Final Soekarno Cup 2025 di Bali, Megawati Sampaikan Pesan Anak Muda Harus Dibina
-
Polisi Bongkar Perusak Kebun Teh Pangalengan Bandung, Anggota DPR Acungi Jempol: Harus Diusut Tuntas
-
Tragedi Kalibata Jadi Alarm: Polisi Ingatkan Penagihan Paksa Kendaraan di Jalan Tak Dibenarkan!
-
Bicara Soal Pencopotan Gus Yahya, Cholil Nafis: Bukan Soal Tambang, Tapi Indikasi Penetrasi Zionis
-
Tinjau Lokasi Pengungsian Langkat, Prabowo Pastikan Terus Pantau Pemulihan Bencana di Sumut
-
Trauma Usai Jadi Korban Amukan Matel! Kapolda Bantu Modal hingga Jamin Keamanan Pedagang Kalibata
-
Rapat Harian Gabungan Syuriyah-Tanfidziyah NU Putuskan Reposisi Pengurus, M Nuh Jadi Katib Aam
-
Pakar UIKA Dukung Anies Desak Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera
-
BNI Raih Apresiasi Kementerian UMKM Dorong Pelaku Usaha Tembus Pasar Global
-
BNI Dorong Digitalisasi dan Transparansi Rantai Pasok FMCG