Suara.com - Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah, menilai saat ini vaksinasi seperti buah simalakama. Di satu sisi, vaksin dibutuhkan untuk menjaga kekebalan tubuh anak, tapi di sisi lain, apabila dipalsukan bisa membahayakan bagi nyawa anak.
"Vaksinasi sebagai keharusan, sebagaimana yang diperlukan untuk anak-anak kita, tapi ini persoalan, katanya vaksin itu tidak bisa, tidak gampang diidentifikasi keasliannya, palsu atau tidaknya," kata Fahri
Namun demikian, karena vaksin merupakan berupa cairan yang sekali masuk kedalam tubuh dan tidak bisa ditarik lagi, maka ia mengusulkan supaya vaksinasi untuk sementara dihentikan.
"Masuk badan, kan tidak bisa ditarik. Itu dilarang dulu, stop biar orang tenang," tutur Fahri.
Fahri juga mengimbau kepada penegak hukum, supaya para oknum dan Rumah Sakit yang terlibat dalam jaringan sindikat vaksin palsu dihukum seberat-beratnya. Bahkan, ia juga mengusulkan supaya perseorangan atau lembaga pengawas yang telah kebobolan akan kasus ini, juga dihukum seberat-beratnya.
"Hukum berat Rumah Sakit yang menerima dan hukum berat lembaga pengawas. Bagaimana kok ada barang palsu masuk ke dalam tubuh manusia, pengawasannya di mana? pokoknya semua lembaga pengawas harus dihukum berat," tutur Fahri.
Fahri mempertanyakan kinerja lembaga pengawasan. Katanya, sejak tahun 2003 hingga sekarang, kenapa tidak ada yang mengetahui aksi sindikat pemalsu vaksin tersebut. Ia melanjutkan, seharusnya kejahatan itu sudah bisa terdeteksi sejak lama.
"Bertahun-tahun ada yang begitu, kok tidak sadar? memang tidak ada laporan? dan pasti bisa dilacak bocornya di siapa," kata Fahri.
Fahri melanjutkan, jika ternyata dalam kasus vaksin palsu ini terdapat ada pejabat yang ikut bermain, maka ia mengusulkan supaya oknum tersebut diberikan hukuman maksimal. Katanya, ini persoalan nyawa, tidak bisa diremehkan.
"Kalau ada pejabat yang disogok untuk mengeluarkan barang-barang palsu itu, hukum berat juga. Soalnya orang tidak boleh dianggap sederhana, itu nyawa, tidak boleh dan tidak pernah dianggap sederhana oleh kita," tegas Fahri.
Berita Terkait
-
Belum Setahun Kerja, Banyak Menteri Prabowo Dapat Tanda Kehormatan, Apa Jasanya?
-
Wamen PKP Soroti Backlog 15 Juta Unit Rumah, Singgung Properti Syariah
-
Qatar Garap Proyek 3 Juta Rumah di Indonesia, Kapan Mulai Dibangun?
-
Publik Meledak, Buntut Fahri Hamzah Usul Pajak Rumah Tapak Dinaikkan
-
Seruan Keras Syahganda Nainggolan: Copot Maruarar Sirait, Ganti dengan Fahri Hamzah
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
Terkini
-
Eks Pimpinan KPK BW Soroti Kasus Haji yang Menggantung: Dulu, Naik Sidik Pasti Ada Tersangka
-
Khusus Malam Tahun Baru 2026, MRT Jakarta Perpanjang Jam Operasional Hingga Dini Hari
-
Mendagri Minta Pemda Percepat Pendataan Rumah Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Pemprov DKI Jakarta Hibahkan 14 Armada Damkar ke 14 Daerah, Ini Daftar Lengkapnya!
-
Said Iqbal Bandingkan Gaji Wartawan Jakarta dan Bekasi: Kalah dari Buruh Pembuat Panci!
-
436 SPPG Polri Mulai Dibangun, Target Layani 3,4 Juta Penerima
-
Kisah Pramono Anung Panggil Damkar Jakarta Demi Evakuasi 'Keluarga' Kucing di Atap Rumah
-
Rakyat Jakarta Nombok! Said Iqbal Desak Pramono Anung Naikkan UMP 2026 Jadi Rp5,89 Juta
-
30 Tahun Menanti, Jalan Rusak di Karet Tengsin Akhirnya Mulus dalam Sebulan
-
Sebut Penanganan Banjir Sumatera Terburuk, Ray Rangkuti: Klaim Pemerintah Mudah Dipatahkan Medsos