Proses produksi Helikopter jenis Superpuma SA 332 C1A dan Cougar E725 di hanggar PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/11). [Antara]
Baca 10 detik
Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pengadaan alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI harus transparan. Hal itu disampaikan Jokowi dalam memimpin rapat terbatas membahas pengadaan Alutsista di kantor Presiden, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
"Saya sampaikan bahwa pengadaan Alutsista, semuanya ini agar ada transparansi yang betul-betul terbuka," kata Jokowi.
Dia menekankan, pengadaan Alutsista harus difokuskan untuk memenuhi postur kekuatan pokok minimum 2024, dan pada tahun 2019 sudah harus kerangka modernisasi TNI tersebut.
Diantaranya pertama, TNI Angkatan Darat harus memiliki alutsista berat seperti tank medium, helikopter serbu, dan persenjataan infanteri khusus. Kedua, TNI Angkatan Laut diperkuat dengan alutsista dengan karakter kemampuan Angkatan Laut seperti kapal selam, kapal perang permukaan, sistem pengintaian maritim untuk pengamanan lokasi-lokasi yang punya piotensi konflik. Dan yang ketiga, TNI Aangkatan Udara diperkuat alutsista strategis berupa pesawat-pesawat jet tempur, pesawat angkutan berat, sistem pertahanan rudal, dan sistem radar.
"Masukan-msukan dari semua matra, baik AL, AD, AU, dari Panglima TNI, Menhan, semuanya, sehingga betul-betul yang kita beli yang kita rencanakan ini adalah memang sebuah kebutuhan, bukan keinginan-keinginan," ujar dia.
Maka dari itu, kata Jokowi, dalam setiap pengadaan alutsista wajib memberlakukan undang-undang industri pertahanan. Yang mana dalam pembelian alutsista disertai transfer of teknologi (TOT) terhadap industri pertahanan dalam negeri.
"Dahulukan arahnya ke sana, sehingga perkembangan industri pertahanan nasional betul-betul mengarah kepada kemandirian pemenuhan alat pertahanan dan keamanan kita. Kita tahu banyak sekali negara yang menginginkan kerjasama, silakan dihitung, silahkan dikalkulasi mana yang memberikan keuntungan kepada kepentingan nasional kita dalam jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang," tutur dia.
Dia menjelaskan, sekarang banyak negara produsen alutsista yang menawarkan produknya ke Indonesia dengan sistem penawaran TOT atau transfer teknologinya. Mulai desain bersama yang akan memungkinkan hak cipta atas alutsista baru dimiliki industri nasional dan juga realokasi fasilitas-fasilitas produksi mereka dari negara-negara produsen ke Indonesia. Tawaran-tawaran itu harus dioptimalkan, sehingga ada terobosan baru dalam pengadaan alat-alat pertahanan nasional.
"Dan juga terobosan baru itu juga harus mengubah pola belanja alutsista kita menjadi investasi pertahanan kita ke depan," kata dia.
Jokowi menambahkan, dalam pengadaan alutsista, broker atau calo atau pihak ketiga yang mencari keuntungan pribadi harus dimusnahkan. Sebab selama ini dengan sistem pembelian alutsista melalui broker itu banyak merugikan negara.
"Perlu ditekankan bahwa pengadaan alutsista harus memperhatikan pendekatan daur hidup, tidak boleh lagi kita membeli pesawat tempur tanpa berhitung berkalkulasi biaya daur hidup alutsista tersebut dalam 20 tahun ke depan. Untuk perkuat indusri pertahanan nasional, proses pengadaan alutsista harus dimulai dari interaksi antara pemerintah dengan pemerintah atau G to G, untuk memangkas apa, memangkas broker. Memangkas perantara yang saya kira di situ adalah kecenderungan mark-up harga. Dan proses G to G ini akan memperkuat pakta integritas untuk membentuk zona toleransi nol terhadap praktik-praktik korupsi yang ada di negara kita," tegas Jokowi.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO