Suara.com - Keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) menyesal dengan pilihan perombakan menteri Presiden Joko Widodo. Jokowi dianggap salah jika memilih Wiranto sebagai menteri.
Ketua IKOHI Wanmayetti menjelaskan Wiranto adalah orang yang bertanggung jawab atas berbagai tindak pelanggaran HAM berat, di antaranya kasus Kerusuhan Mei 1998, penculikan dan penghilangan paksa aktivis tahun 1997/1998, Kasus Trisakti dan Semanggi, serta kerusuhan pasca referendum Timor Timur 1999.
“Presiden Jokowi memberi kejutan yang tak kalah menyedihkan dengan menunjuk Jenderal Purnawirawan Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam),” kata Wanmayetti dalam pernyataannya, Rabu (27/7/2016).
Di era 1998, Wiranto adalah panglima TNI yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam penugasan operasi dan pengendalian pasukan TNI.
“Penunjukan Wiranto tentu menciderai janji presiden Jokowi untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat. Janji untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu mendorong para korban dan keluarga korban mendukung penuh agar ia terpilih menjadi presiden,” kata dia.
Wanmayetti mengenang masa-masa Jokowi pertama kali menjadi presiden. Saat itu 9 Desember 2014, di Gedung Agung Yogyakarta. Di hadapan para korban dan penyintas kasus-kasus pelanggaran berat HAM masa lalu, presiden Jokowi menyatakan pemerintah terus berkomitmen untuk bekerja keras dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu secara berkeadilan.
Jokowi pun mempunya dua jalan yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan itu. Di antaranya lewat jalan rekonsiliasi secara menyeluruh, dan lewat pengadilan HAM ad hoc. Janji Jokowi pun pernah dikuatkan kembali pada 14 Agustus 2015. Saat itu Jokowi mengaku sedang menjadi jalan paling bijaksana untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM di Indonesia.
“Harapan bagi keluarga korban pelanggaran HAM, juga rakyat Indonesia yang mencintai tegaknya keadilan dan HAM, kini pupus dengan penunjukan orang yang diduga kuat sebagai pelanggar HAM. Bagaimana janji itu masih bisa dipercaya, jika menteri yang seharusnya bertugas menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM adalah pelanggar HAM itu sendiri?” kata dia.
“Presiden bisa saja berdalih bahwa belum pernah ada pengadilan HAM di Indonesia yang menyatakan bahwa jenderal purnawirawan Wiranto bersalah dan bertanggung jawab atas berbagai kasus pelanggaran HAM tersebut. Justru tugas presiden Jokowi lah yang harus membentuk pengadilan HAM ad hoc terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM berat sebagaimana yang dijanjikannya, baik secara lisan maupun tertulis dalam program Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019,” papar dia.
“Belum genap dua tahun bekuasa, kami semakin melihat bahwa presiden Jokowi tanpa rasa malu telah melupakan janjinya terhadap korban dan keluarga korban pelanggaran HAM. Ia semakin menunjukkan sikap politik penguasa pada umumnya. Program penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat tak lebih dari sekadar pemanis dokumen program pemerintah belaka. Presiden Jokowi semakin membuat keluarga korban terluka dengan menempatkan para pelanggar HAM makin kuat di sisinya. Terhadap janji penyelesaian pelanggaran HAM tersebut, presiden Jokowi sedang menghayati pepatah Jawa, seperti penguasa yang kakehan gludhug kurang udan (banyak bicara tanpa kenyataan),” tutup Wanmatetti.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Datangi Pabrik Aqua Lagi, Dedi Mulyadi Ungkap Sumber Airnya yang Tak Sesuai Iklan
-
Tragedi Prada Lucky: Sidang 22 Seniornya Digelar, Sang Ibu Tuntut Keterbukaan
-
Terbang ke Kualalumpur, Selain Gaza, Isu 'Nuklir' Jadi Bahasan Panas Prabowo di KTT ASEAN
-
'Cuma Omon-omon?' Refly Harun Skeptis Prabowo Bisa Lepas dari Pengaruh Jokowi
-
Siap-siap, Sidang Dimulai: KPK Limpahkan Berkas Eks Kadis PUPR Sumut ke Jaksa
-
PDIP Gagas Sumpah Pemuda Baru, Ini Kata Hasto Kristiyanto
-
Airbus A400M Milik TNI AU Akan Bermarkas di Halim
-
BNI Lepas 27.300 Pelari di Wondr JRF 2025 untuk Dorong Ekonomi Hijau dan Gaya Hidup Sehat
-
Hasto Kristiyanto: Dorong Kebangkitan Ekonomi Maritim dan Desa Wisata Indonesia
-
Indonesia Sambut Timor Leste, Anggota Paling Bungsu ASEAN