Suara.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan sejumlah sekolah kini telah menerapkan sistem "full day school". Namun menurutnya wacana "full day school" jika diterapkan sebagai program nasional harus melihat kesiapan dan daya dukung sekolah.
"Anakku itu empat-empatnya (keempatnya sekolah, red.) di 'full day school'. Saya kebetulan mengelola sekolah yang juga menerapkan sistem 'full day school'," katanya di Semarang, Sabtu (20/8/2016).
Hal tersebut diungkapkannya usai peresmian Sekolah Dasar (SD) Negeri Trimulyo II dan renovasi rumah tidak layak huni yang ditinggali kalangan lanjut usia di Kecamatan Genuk, Semarang. Menurut Khofifah, pondok pesantren pun bukan hanya menerapkan sistem "full day school", namun sudah "full time" atau setiap waktu sehingga konsep 'full day school' sudah lama ada.
"Bukan hanya siap. Saya tadi bilang anakku empat-empatnya 'full day school'. Artinya, sudah lama (sistem full day school, red.) ini ada," tuturnya.
Jadi, kata dia, sebenarnya bergantung bagaimana memaknai dan lingkungan tumbuh kembang anak dalam menyikapi "full day school" karena sudah ada beberapa sekolah yang menerapkannya.
Namun, ia menilai sekolah-sekolah yang sudah representatif daya dukungnya bisa menerapkan sistem "full day school", seperti ketersediaan fasilitas olahraga dan fasilitas ekstrakurikuler. Kemudian, kata Khofifah, ketersediaan laboratorium untuk sarana eksperimen siswa terkait berbagai mata pelajaran hingga penerapan sistem "moving class", yakni kelas yang berpindah.
"Kebetulan, sekolah di mana saya mengelola menerapkan 'moving class'. Jadi, pelajaran Fisika di (kelas, red.) sana, Matematika di kelas sana, dan pelajaran agama di sana," paparnya.
Dengan begitu, ia mengatakan para siswa yang bersekolah tidak merasa bosan meski sudah menerapkan "full day school".
"Anak-anak (di sekolah yang dikelolanya, red.) banyak yang tidak mau pulang sebelum disuruh pulang karena saking kerasan dan betahnya dia berada di sekolah. Namun, tidak bisa disamakan," imbuhnya.
Sebab, kata dia, ada sekolah di daerah terpencil yang kelasnya dan gurunya terbatas, seperti kelas I-VI hanya ada 1-2 guru tentunya tidak mungkin untuk diterapkan "full day school". (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka