Guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Franz Magnis Suseno mengatakan kontestasi politik Indonesia dalam pemilu umum, baik pemilihan eksekutif maupun legislatif, cukup baik. Namun, dia sangat menyayangkan adanya pihak yang mengangkat isu SARA.
"(Pemilihan) di Indonesia sebenarnya cukup baik, tapi isu SARA itu selalu hadir di dalamnya," kata Magnis di Universitas Paramadina, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2016).
Situasi politik yang kian memanas membuat para calon menggunakan isu SARA dalam kampanye. Oleh karena itu, dia meminta agar masyarakat terus mewaspadai dan menolak isu yang sangat sensitif tersebut.
"Kita harus terus menerus mewaspadai isu ini, karena panasnya kampanye pemilihan entah itu untuk pimpinan, entah untuk DPR, DPRD. Itu tentu godaan buat politisi untuk memakai perasaaan primordial dan itu harus kita tolak," katanya.
Menurut Magnis isu SARA tidak hanya terjadi di Indonesia. Tetapi juga terjadi di berbagai belahan dunia.
"Tapi di banyak negara yang melihat keagamaan dan suku masih penting. Isu Sara masih dipakai dalam argumentasi dan selalu dengan ancaman besar. Karena itu tidak rasional sebetulnya, jadi kalau pakai SARA rasanya mau menyingkirkan yang lain, bukan sekedar menang," katanya.
Di negara yang kebudayaannya sudah dianggap sekuler, isu tersebut sudah tidak laku, walaupun kadang muncul.
"Tergantung dari kebudayaan. Di negara yang sekular, agama tidak punya daya politik lagi, jadi orang tidak peduli, misalnya di Jerman, pemimpin dari Protestan, Katolik, atau tidak, orang tidak akan menanyakan. Memang, secara tidak langsung SARA juga muncul, misalnya di Jerman ada partai hijau dan dipimpin oleh orang Jerman keturunan Turki dan orang muslim sekarang tidak apa-apa dan diterima," kata Magnis.
Ketua Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Demokrat Dede Yusuf menyebut isu SARA merupakan strategi politik, tetapi sebenarnya tidak efektif.
"Bagaimanapun dari hasil Pilkada di beberapa daerah, isu SARA itu sebetulnya tidak efektif. Karena isu korupsi lebih efektif," kata Dede.
Meski tidak efektif, kata dia, bisa tetap menimbulkan kebencian kolektif masyarakat. Dalam posisi ini, dia berharap supaya hukum ditegakkan terhadap siapa saja yang menjadi provokator.
"Tetapi tadi saya katakan, jika itu memancing kebencian orang lain dalam jumlah yang besar, tentu hukum harus bertindak. Karena kita adalah negara hukum. Hukum itu harus bertindak dan harus benar-benar ada peneguranlah," tutur Dede.
Dede mengimbau para kepala daerah tidak ikut-ikutan menyinggung isu yang bukan domainnya, terutama soal agama.
"Sebaiknya, sebagaimana kata Mendagri, sebaiknya pemimpin, gubernur, bupati, apapun, tidak boleh masuk kepada koridor yang bukan menjadi domain pemerintah daerah, karena kalau agama itu kan domainnya pemerintah pusat," ujar Dede.
"Kita ikuti aturan itu saja, ikuti aturan itu, ikuti undang-undang, maka tidak akan ada masalah," Dede menambahkan.
Berita Terkait
-
Dedi Mulyadi Akui Marketnya Makin Luas Gara-Gara Sering Ngonten, Mau Nyapres?
-
Jatuh Bangun Nasib Ridwan Kamil: Gagal di Jakarta, Kini Terseret Isu Korupsi dan Perselingkuhan
-
Tim RIDO Laporkan KPU ke DKPP dan Minta Pemungutan Suara Ulang, Anies: No Comment!
-
Pilkada DKI: El Rumi Pilih Dharma-Kun, Soroti Masalah Kabel Listrik
-
Cak Lontong 'Ronda' Amankan Suara Pramono-Rano di Masa Tenang Pilkada
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Tragedi Freeport: 2 Pekerja Ditemukan Tewas, 5 Hilang di Tambang Maut Grasberg
-
Hitung-hitungan Jelang Muktamar X PPP: Mardiono Disebut Masih Kuat dari Agus Suparmanto
-
Jokowi Beri Arahan 'Prabowo-Gibran 2 Periode', Relawan Prabowo: Tergantung Masyarakat Memilih
-
DPR Desak Penghentian Sementara PSN Kebun Tebu Merauke: Hak Adat Tak Boleh Dikorbankan
-
Usai Pecat Anggota DPRD Gorontalo, PDIP Beri Pesan: Jangan Cederai Hati Rakyat!
-
Mahasiswa Green Leadership Academy Tanam Semangat Baru di Tabung Harmoni Hijau
-
Profil Alvin Akawijaya Putra, Bupati Buton Kontroversial yang Hilang Sebulan saat Dicari Mahasiswa
-
Mendagri Tito Sebut Bakal Ada 806 SPPG Baru: Lahannya Sudah Siap
-
'Warga Peduli Warga', 98 Resolution Network Bagikan Seribu Sembako untuk Ojol Jakarta
-
Perlindungan Pekerja: Menaker Ingatkan Pengemudi ODOL Pentingnya BPJS Ketenagakerjaan