Calon gubernur Jakarta petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengklaim angka pengangguran di Jakarta menurun. Namun, apa yang disampaikan calon gubernur yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, Golkar, dan Nasdem itu dinilai tak selaras dan bersifat manipulatif.
Ahok menyatakan angka pengangguran turun 5,7 persen. Angkat itu dikatakan Ahok memang masih lebih tinggi dari angka pengangguran nasional, yakni 5, 5 persen.
"Ini kan turun, kemungkinan ada kesalahan membaca data, sehingga banyak kritik yang mengatakan kami belum bisa menekan angka pengangguran," kata Ahok dalam debat kandidat di Kompas TV Kamis (15/12/2016) malam.
Berbagai asumsi yang dinyatakan Ahok dibantah sekaligus dikritisi oleh pengamat politik Muchtar Effendi Harahap. Menurut Muchtar tak ada pihak yang salah membaca data, bahkan dia menilai Ahok tidak memahami kritik yang terus bermunculan secara menyeluruh.
Muchtar bahkan mengungkapkan Ahok tak lebih baik dari Fauzi Bowo ketika memimpin Jakarta. Hal itu berdasarkan data BPS DKI mengenai tingkat pengangguran 12,15 persen pada 2009. Lalu menurun jadi 11,05 persen pada 2010. Selanjutnya jadu 10,80 persen pada 2011, dan 9,87 persen pada 2012.
”Tingkat pengangguran ketika Foke (sapaan Fauzi Bowo) memimpin, jauh di bawah rata-rata nasional, yakni 12-14 persen karena Foke berkomitmen meningkatkan kesejahteraan pekerja," kata Muchtar.
Dia menambahkan pertumbuhan ekonomi terus meningkat dari tahun ke tahun di atas rata-rata nasional pada masa jabatan Fauzi Bowo. Pada 2011 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6,71 persen sedangkan rata-rata nasional di angka 6,48 persen.
Sedangkan, angka pengangguran di era Ahok memang menurun dari 9,87 persen (era Fauzi, 2012) menjadi 9,02 persen pada 2013. Lalu jadi 8,47 persen 2014, 8,36 persen pada Februari 2015, dan 7,23 persen Agustus 2015. Namun, sekalipun menurun, menurutnya angkanya masih jauh di atas rata-rata pengangguran nasional.
"Bahkan Kepala BPS DKI Jakarta Nyoto Widodo, Oktober 2014 menegaskan, jumlah angka pengangguran di DKI Jakarta 9,84 persen pada 2014 dan 8,36 persen pada 2015 lebih tinggi dari pada angka pengangguran secara nasional," katanya.
Muchtar menggarisbawahi bahwa pengangguran DKI dan Banten terbesar di Indonesia. DKI pun dianggap darurat. Sebagian rakyat miskin DKI semakin memburuk dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS DKI, pertumbuhan ekonomi DKI tahun 2015 hanya 5,88 persen, melambat sejak tiga tahun terakhir (2014 sebesar 6,91 persen).
Kegagalan Ahok dalam mengurangi pengangguran juga disampaikan Wakil Ketua DPD DKI Muhamad Taufik. Dia mengaku bingung dengan klaim Ahok saat debat bahwa pemgangguran menurun. Sebab, jika dilihat dari angka yang dikeluarkam BPS meningkat.
"Saya rasa Ahok berdusta atau gagal paham. Lebih baik akui saja kegagalannya. Dari pada cari kambing hitam," kata dia.
Menurut Taufik selama kepemimpinan Ahok warga Ibu Kota semakin sengsara dan mengalami ketertinggalan serta kesenjangan social yang terlampau jauh anatara si miskin dan si kaya. Karena itu, menjadi sangat ironi ketika Ahok mengklaim angka pengangguran turun.
"Kok tidak malu ya. Buktinya nyata loh," kata Taufik.
Berita Terkait
-
Air Laut Nyaris Sejajar Tanggul Pantai Mutiara, Bisa Bikin Monas Kebanjiran?
-
Ojol Tewas, Ahok Sebut DPR Takut: Kenapa Tidak Berani Terima Orang Demo?
-
Ahok Ikut Komentar Soal Kenaikan Gaji Anggota DPR: Mau Rp1 Miliar Sebulan Oke
-
Ahok Tak Masalah kalau Gaji Anggota DPR Rp1 Miliar Sebulan, Tapi Tantang Transparansi Anggaran
-
Dedi Mulyadi Akui Marketnya Makin Luas Gara-Gara Sering Ngonten, Mau Nyapres?
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Sekolah Kembali Normal, Gubernur DKI Pastikan Korban Kecelakaan Mobil MBG Ditangani Maksimal
-
Kerugian Kebakaran Pasar Induk Kramat Jati Ditanggung Asuransi, Pramono Pastikan Pasokan Pangan Aman
-
Tak Ambil Pusing Perpol Dianggap Kangkangi Putusan MK, Ini Kata Kapolri
-
Sengkarut Tanah Tol: Kisah Crazy Rich Palembang di Kursi Pesakitan
-
MIND ID Komitmen Perkuat Tata Kelola Bisnis Berintegritas dengan Berbagai Program Strategis
-
DPR Ajak Publik Kritisi Buku Sejarah Baru, Minta Pemerintah Terbuka untuk Ini...
-
Mengurai Perpol 10/2025 yang Dinilai Tabrak Aturan, Dwifungsi Polri Gaya Baru?
-
Bareskrim: Mayoritas Kayu Gelondongan Banjir Sumatra Diduga dari PT TBS
-
Tolak Bantuan Asing untuk Sumatra, Prabowo: Terima Kasih, Kami Mampu!
-
31 Perusahaan Resmi Diselidiki Diduga Jadi Biang Kerok Banjir Sumatra, Siapa Jadi Tersangka?