Suara.com - Malaysia akan menyisir salah satu terminal bandara internasional Kuala Lumpur untuk mencari kemungkinan keberadaan bahan kimia beracun setelah Kim Jong Nam dibunuh di lokasi tersebut menggunakan racun saraf pada pekan lalu.
Sementara itu, pihak berwenang mengatakan mereka akan mengeluarkan perintah penahanan jika seorang diplomat Korea Utara yang dicurigai terkait pembunuhan itu tidak memenuhi panggilan.
Kim Jong Nam dibunuh pada 13 Februari di terminal penerbangan murah di bandara utama Kuala Lumpur dengan racun saraf jenis VX.
VX adalah suatu bahan kimia yang digolongkan Perserikatan Bangsa-bangsa sebagai salah satu senjata pemusnah massal.
Tim forensik kepolisian, departemen penanggulangan kebakaran serta Badan Perizinan Energi Atom akan melaksanakan penyisiran di bandara, kata kepolisian Malaysia dalam suatu pernyataan, Sabtu.
Penyapuan akan dilakukan mulai pukul 01.00 pada 26 Februari waktu setempat, kata kepolisian.
Terminal bandara tidak akan ditutup, namun wilayah-wilayah penyisiran akan dikelilingi pembatas, kata seorang pejabat kepolisian kepada Reuters.
VX merupakan salah satu senjata kimia paling mematikan yang diciptakan oleh manusia, kata sejumlah pakar. Hanya 10 miligram atau satu tetes racun kimia itu sudah bisa membunuh seseorang dalam waktu beberapa menit saja.
Kim Jong Nam sedang menunggu di terminal keberangkatan ketika ia diserang oleh dua orang yang memercikkan cairan ke wajahnya. Ia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Kepolisian Malaysia pada Jumat mengatakan salah satu dari perempuan itu terkena dampak VX dan mengalami muntah-muntah.
Kedua perempuan, satu warga Indonesia dan satu Vietnam, telah ditahan, demikian pula dengan seorang pria Korea Utara.
Tujuh warga Korut lainnya telah dinyatakan sebagai tersangka atau diburu untuk diperiksa.
Kepolisian Malaysia juga sedang menyisir lokasi-lokasi lainnya di Kuala Lumpur yang kemungkinan pernah didatangi para tersangka.
Kepala Kepolisian Negara Bagian Selangor, Abdul Samah Mat, sebelumnya mengatakan pada Sabtu bahwa pihak berwenang telah menggerebek satu apartemen di daerah permukiman kalangan menengah-atas di pinggiran Kuala Lumpur pekan ini terkait pembunuhan tersebut.
Pihak berwenang juga memeriksa kemungkinan jejak-jejak bahan kimia di apartemen itu.
Samah mengatakan pihak berwenang telah berencana memeriksa seorang diplomat di Kedutaan Besar Korea Utara terkait pembunuhan Kim Jong Nam.
Diplomat tersebut, Sekretaris II Hyon Kwang Song (44 tahun) belum memenuhi panggilan.
Hyon merupakan salah satu dari tujuh warga Korut yang diincar dalam penyelidikan kasus tersebut.
Samah mengatakan jika sang diplomat tidak mau bekerja sama, kepolisian akan mengeluarkan surat perintah pemanggilan berdasarkan hukum Malaysia. Berdasarkan surat itu, Hyon harus menghadap tim penyelidik.
"Dan kalau dia tidak muncul setelah menerima surat (panggilan) itu, kami akan melangkah ke tahap berikutnya dengan mengupayakan surat perintah penangkapan dari pengadilan," ujarnya kepada para wartawan.
Belum ada kejelasan soal apakah pejabat kedutaan itu bisa ditahan mengingat ia memiliki kekebalan diplomatik, seperti yang dikatakan kepolisian.
Empat orang tersangka diyakini sudah kabur ke Korea Utara sementara dua lainnya masih berada di Malaysia.
Keberadaan satu warga Korut lainnya bernama Ri Ji U belum diketahui, kata Samah. [Antara]
Tag
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran
-
Mubes NU Tegaskan Konflik Internal Tanpa Campur Pemerintah, Isu Daftarkan SK ke Kemenkum Mencuat
-
Jabotabek Mulai Ditinggalkan, Setengah Juta Kendaraan 'Eksodus' H-5 Natal
-
Mubes Warga NU Keluarkan 9 Rekomendasi: Percepat Muktamar Hingga Kembalikan Tambang ke Negara
-
BNI Bersama BUMN Peduli Hadir Cepat Salurkan Bantuan Nyata bagi Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Relawan BNI Bergabung dalam Aksi BUMN Peduli, Dukung Pemulihan Warga Terdampak Bencana di Aceh
-
Pakar Tolak Keras Gagasan 'Maut' Bahlil: Koalisi Permanen Lumpuhkan Demokrasi!
-
Gus Yahya Ngaku Sejak Awal Inginkan Islah Sebagai Jalan Keluar Atas Dinamika Organisasi PBNU