Ilustrasi ginjal. (sumber: Shutterstock)
Baca 10 detik
Tenaga kerja Indonesia asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, bernama Siti Rabitah (25), kehilangan ginjal sebelah kanan ketika bekerja di Doha, Qatar, pada bulan Juli 2014.
Setelah kasus ini mencuat, Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal menemui Rabitah di rumahnya, Senin (27/2/2017).
"Saya baru saja bertemu dengan Rabitah untuk mengumpulkan informasi terkait kasus itu, jadi belum banyak hal yang bisa saya sampaikan. Namun, sudah ada langkah dari pemerintah," kata Iqbal kepada Suara.com.
Iqbal mengatakan kasus yang menimpa Rabitah kategori human trafficking for organ removal.
Iqbal memastikan kasus tersebut akan diusut. Saat ini, Polda NTB sudah memulai penyelidikan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pengiriman Rabitah ke Qatar.
"Jadi Polda NTB tengah mengusut siapa perekrut, penampung dan agen tenaga kerja yang memberangkatkan serta menempatkan dia ke Qatar," ujar dia.
Pemerintah Lombok Utara diminta untuk mendampingi Rabitah serta memberikan bantuan sosial.
"Kami bersama tim akan berkoordinasi Kedutaan Besar RI di sana untuk menyelidiki kasus ini," tutur dia.
Kasus ini berawal ketika Rabitah pulang dari Malaysia. Ketika itu, dia ditawari untuk bekerja ke Abu Dhabi. Setelah dinyatakan lulus medical check up, dia dibawa ke tempat pelatihan kerja di daerah Pulogadung, Jakarta Timur.
Pada tanggal 27 Juni 2014, akhirnya, Rabitah bersama teman-temannya sebanyak 22 orang diberangkatkan ke Abu Dhabi.
Setelah satu minggu tiba di Qatar, oleh majikannya, Madam Gada, Rabitah dibawa ke rumah sakit untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan karena dianggap lemah. Di rumah sakit tersebut, dia dibawa ke ruang operasi dengan alasan untuk mengangkat penyakit. Rabitah kemudian disuntik hingga tak sadarkan diri.
Setelah seminggu selesai operasi, Rabitah dikembalikan lagi ke perusahaan karena dianggap tidak bisa bekerja dan lemah. Sesampai di perusahaan tersebut, dia mengalami tindakan kekerasan karena dianggap tidak bisa bekerja. Rabitah pun dipindah-pindah kerja dengan alasan perusahaan tidak mau tahu pokoknya dia harus bekerja.
Rabitah akhirnya dikirim pulang dengan tidak digaji dan hanya sampai Surabaya, Jawa Timur. Sesampai di Surabaya, Rabitah dibantu oleh seseorang dan akhirnya sampai di kampung halaman.
Di rumah, Rabitah menjadi sering sakit-sakitan. Tiga tahun kemudian, tepatnya bulan Februari 2017, dia memeriksa kesehatan ke RSUD Tanjung. Setelah diperiksa dan melihat hasil rontgen, ternyata ginjal sebelah kanan tidak ada dan diganti dengan pipa plastik di dalam tubuhnya.
Setelah kasus ini mencuat, Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal menemui Rabitah di rumahnya, Senin (27/2/2017).
"Saya baru saja bertemu dengan Rabitah untuk mengumpulkan informasi terkait kasus itu, jadi belum banyak hal yang bisa saya sampaikan. Namun, sudah ada langkah dari pemerintah," kata Iqbal kepada Suara.com.
Iqbal mengatakan kasus yang menimpa Rabitah kategori human trafficking for organ removal.
Iqbal memastikan kasus tersebut akan diusut. Saat ini, Polda NTB sudah memulai penyelidikan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam pengiriman Rabitah ke Qatar.
"Jadi Polda NTB tengah mengusut siapa perekrut, penampung dan agen tenaga kerja yang memberangkatkan serta menempatkan dia ke Qatar," ujar dia.
Pemerintah Lombok Utara diminta untuk mendampingi Rabitah serta memberikan bantuan sosial.
"Kami bersama tim akan berkoordinasi Kedutaan Besar RI di sana untuk menyelidiki kasus ini," tutur dia.
Kasus ini berawal ketika Rabitah pulang dari Malaysia. Ketika itu, dia ditawari untuk bekerja ke Abu Dhabi. Setelah dinyatakan lulus medical check up, dia dibawa ke tempat pelatihan kerja di daerah Pulogadung, Jakarta Timur.
Pada tanggal 27 Juni 2014, akhirnya, Rabitah bersama teman-temannya sebanyak 22 orang diberangkatkan ke Abu Dhabi.
Setelah satu minggu tiba di Qatar, oleh majikannya, Madam Gada, Rabitah dibawa ke rumah sakit untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan karena dianggap lemah. Di rumah sakit tersebut, dia dibawa ke ruang operasi dengan alasan untuk mengangkat penyakit. Rabitah kemudian disuntik hingga tak sadarkan diri.
Setelah seminggu selesai operasi, Rabitah dikembalikan lagi ke perusahaan karena dianggap tidak bisa bekerja dan lemah. Sesampai di perusahaan tersebut, dia mengalami tindakan kekerasan karena dianggap tidak bisa bekerja. Rabitah pun dipindah-pindah kerja dengan alasan perusahaan tidak mau tahu pokoknya dia harus bekerja.
Rabitah akhirnya dikirim pulang dengan tidak digaji dan hanya sampai Surabaya, Jawa Timur. Sesampai di Surabaya, Rabitah dibantu oleh seseorang dan akhirnya sampai di kampung halaman.
Di rumah, Rabitah menjadi sering sakit-sakitan. Tiga tahun kemudian, tepatnya bulan Februari 2017, dia memeriksa kesehatan ke RSUD Tanjung. Setelah diperiksa dan melihat hasil rontgen, ternyata ginjal sebelah kanan tidak ada dan diganti dengan pipa plastik di dalam tubuhnya.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Tak Peduli Status Non-Aktif, Uya Kuya Terbang ke Jember Sambut Jenazah PMI dari Hong Kong
-
CEK FAKTA: Klaim Prabowo Pindahkan 150 Ribu TKI dari Malaysia ke Jepang
-
CEK FAKTA: Bantuan TKI Rp680 Juta dari Uang Korupsi Gula, Awas Modus
-
CEK FAKTA: Benarkah TKI Seluruh Dunia Dapat BSU Rp 100 Juta? Ini Penjelasannya
-
Kasus TKI Ilegal: BPMI Ungkap Jalan Pintas Berisiko Hingga Misteri Kematian Diplomat
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO