Suara.com - Inul Daratista, penyanyi dangdut yang kali pertama dikenal lewat kontroversi “goyang ngebor”, mendadak kembali menjadi buah bibir di media-media sosial lantaran pernyataan sinis yang diunggahnya ke Instagram.
Sinismenya tersebut, dianggap sebagian orang sebagai penghinaan terhadap ulama atau pemuka agama Islam. Namun, tak sedikit pula yang membela dan menyatakan sinisme Inul bukan menghina ulama. Sebaliknya, sinisme itu bisa dianggap sebagai otokritik terhadap politisasi agama terutama menjelang putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta.
Polemik mengenai pernyataan sinis Inul tersebut, sebenarnya bukan kali pertama terjadi dalam sejarah. Setidaknya, adalah Diogenes—filsuf Yunani yang dikenal gemar mencela—yang kali pertama mengenalkan metodologi kritik melalui pernyataan-pernyataan sinistik.
Dikisahkan dalam buku “Ancient Greece: Social and Historical Documents from Archaic Times to the Death of Alexander the Great” karya Matthew Dillon, Kaisar Alexander Agung yang tersohor itu suatu kali berniat menemui Diogenes. Keputusan itu dianggap kontroversial oleh para menterinya. Sebab, Diogenes pada masanya dianggap pemikir gila dan tak punya tata krama.
Anggapan masyarakat itu tidak tanpa alasan kuat. Bukan apa-apa, pola hidup Diogenes memang terbilang ugal-ugalan, bahkan untuk ukuran era kuno sekali pun. Betapa tidak, dia tak pernah mandi, berbusana compang-camping, tinggal dalam peti jenazah, serta mencari makan dari tempat sampah.
Berkat ketidaklaziman hidupnya itu, awam lantas menilai Diogenes hidup seperti anjing atau dalam bahasa Yunani ”kynikos” (seperti anjing). Jauh di kemudian hari, ketika fajar renaissance serta abad modern menyingsing dari barat Bumi, diksi Yunani "kynikos" menjadi akar kata ”sinis”.
Namun, Kaisar Alexander Agung yang nyaris bisa menyatukan seluruh negara di dunia itu tetap menemuinya.
Saat bertemu, kalimat yang kali pertama diucapkan sang kaisar yang melihat Diogenes hidup di gubuk kumuh adalah, ”Diogenes, apa ada yang bisa kubantu?”
Diogenes cuek menjawab tawaran sang kaisar dengan mengatakan, ”Ya, tentu saja ada. Tolong Anda jauh-jauh menyingkir dari lubang masuk. Anda menghalangi cahaya masuk!” Begitulah cara Diogenes mengusir sang kaisar, sekaligus secara sinis mengkritik kaisar yang gemar mengobarkan peperangan atas nama persatuan dunia tersebut.
Baca Juga: Tyas Mirasih: Raiden Sudah Cukup 'Puasin' Aku
Inul, bukanlah seorang filsuf, apalagi berpola hidup ”kynikos” seperti Diogenes. Namun, merujuk ”cuitan” banyak netizen yang membelanya, Inul bisa dikatakan mewariskan metodologi kritik Dioegenes, yakni melalui pernyataan sinistik.
Simak saja rentetan kalimat yang diunggahnya ke Instagram, Sabtu (25/3/2017) akhir pekan lalu, sebagai keterangan foto dirinya bersanding dengan Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Pria yang disebut belakangan juga memunyai masalah yang serupa: disangka menistakan agama dan ayat-ayat suci.
"Jangan Islam jadi benteng untuk hal politik hanya foto sampe komentar dengan bilang saya atheis emangnya kalian Islamnya bener???mata kalian gak lihat raja salman aja jiwa agamisnya tingkat tinggi masih saling menghormati jangan karena kalian pengen ganti pemimpin terus segala cara digunakan sampe mau dibayar amplopan dan nasi kotak juga saling gontok2an sesama islam muslim. Arep jadi opo," tulis Inul.
"Kasihan padahal semua pasangan calon juga diundang sama indosiar karna semua TV dapat jatah harus menghadirkan kedua paslon lah koq kalian ribut soak alim sok suci. kalian lihat pemimpin kalian yang kemaren kena kasus tuh sama wanita pa kabarnya?? lihat juga pasangan lain yg kasus buku di jerman ayoo kalo mau obok2an jangan sok pintar sadari aku tidak berpihak pada siapa2...," tulis Inul lagi.
Kontan pernyataan Inul itu menuai protes netizen. Bahkan, melalui Twitter, sebagian orang memobilisasi netizen untuk memboikot Inul Daratista beserta produk-produk bisnis yang digelutinya.
"Nda tau ulama itu pewaris ilmu nabi,penyambung lidah nabi utk kita generasi skrg.kok enteng amat fitnah ulama?," tulis @MaulanaCrews.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO
-
Wacana 'Go Public' PAM Jaya Bikin DPRD DKI Terbelah, Basri Baco: Ini Dinamika, Normal
-
Bukan Cuma Wacana, Ini Target Rinci Pemindahan ASN ke IKN yang Diteken Presiden Prabowo