Suara.com - Dua Terdakwa kasus dugaan korupsi proyek pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP) Irman dan Sugiharto, membantah keterangan Ketua DPR RI Setya Novanto, dalam sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Dalam persidangan, Novanto mengatakan tidak pernah berkenalan dan bertemu tersangka kasus rasuah tersebut.
Karenanya, ia juga membantah pernah berpesan kepada Irman agar mengaku tak mengenalnya saat diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Bagaimana saudara Terdakwa Irman, apakah saudara ada tanggapan terhadap keterangan saksi (Novanto) ini?," kata Ketua Majelis Hakim John Halasan Butarbutar saat menanyakan Irman di pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (6/4/2017).
"Saya tetap berpegang pada BAP (Berita Acara Pemeriksaan) saya yang mulia, antara lain, seingat saya, saya pernah bertemu Pak Novanto tiga kali. Pertama, bulan Februari Tahun 2010 di Hotel Gren Melia. Saat itu ada Pak Sugiharto, ada Andi Agustinus, dan Diah Anggraeni," kata Irman.
Persamuhannya Novanto untuk kali kedua terjadi ketika dia dan Andi Agustinus bertemu di Ruang Ketua Fraksi Golkar di DPR itu, Bulan Maret Tahun 2010.
"Pertemuan ketiga, saat di Jambi. Waktu itu saya menjadi pelaksana tugas Gubernur Jambi. Waktu itu, Pak Setya Novanto didampingi Panglima TNI, Kapolri, dan Pak Luhut Binsar Pandjaitan," kata Irman.
Irman juga berkeberatan Novanto menyangkal pernah menitip pesan agar dirinya berbohong saat diperiksa penyidik KPK.
Baca Juga: 'Mbalelo', Ruhut Sitompul Ternyata Masih Kader Partai Demokrat
"Saya pernah dapat pesan dari Bu Diah Anggraeni, pesan itu dari Pak Setya Novanto, minta tolong sampikan kepada Irman, kalau diperiksa KPK, tolong sampaikan saya (Novanto) tidak kenal Irman," kata Irman.
Terdakwa Sugiharto juga menuturkan keberatannya terhadap kesaksian Novanto.
"Saya keberatan dengan keterangan Pak Setya Novanto yang bilang tidak pernah bertemu di Hotel Grend Melia dengan saya, Pak Irman, Andi Agustinus dan Diah Anggraeni," kata Sugiharto.
Meski kesaksianya dibantah kedua terdakwa, Novanto tetap kukuh tak mengenal serta bertemu para terdakwa.
"Saya tetap pendirian dan BAP (Berita Acara Pemeriksaan). Saya di bawah sumpah yang mulia. Saya tidak pernah mengatakan demikian yang mulia. Terima kasih," kata dia.
Karena berbantahan, Ketua Majelis Hakim John Halasan Butarbutar memutuskan untuk menutup persidangan. Namun, sebelum itu, dia menyampaikan pesan kepada Setya Novanto dan para terdakwa.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional