Berbicara pada acara "Kohati Berdialog: Yang Muda Yang Berkarya", pemimpin redaksi Terakota.Id, Eko Widianto, mengajak kaum perempuan lebih kritis menyikap berita hoax yang berseliweran di media sosial. Menurutnya, berita hoax harus dilawan dengan informasi dan berita yang benar.
"Kenali informasi, sumbernya apakah kredibel? alamat dan penanggungjawab jelas. Manfaatkan media sosial untuk menyebarkan inspirasi dan kebaikan," kata Eko di Pondok Pesantren Nurul Ulum Sukun, Malang, Jawa Timur, Minggu (16/4/2017).
Eko mencontohkan, warga net (netizen) di Malang telah memanfaatkan untuk menggerakkan relawan antar jemput anak sekolah saat angkot mogok. Netizen juga mengumpulkan donasi untuk membeli ambulans.
Contoh lain, lanjut Eko, seorang warga Talok, Turen bernama Cak Budi memanfaatkan Instragram untuk menggalang donasi bagi orang miskin. Melihat kontribusi penting Cak Budi, sampai perusahaan online Bukalapak mendaulatnya sebagai penggerak perubahan.
"Cak Budi menyalurkan donasi untuk bantuan bahan makanan, pengobatan dan perbaikan rumah. Dana yang disalurkan dipertanggungjawabkan melalui akun Instagram miliknya," terang Eko.
Eko juga mencontohkan, sosok Eko Cahyono dari Jabung di lereng Semeru yang melakukan gerakan perubahan dengan membangun perpustakaan anak bangsa. Perpustakaan yang digagasnya ini menjadi gerakan literasi di sejumlah kawasan di Kabupaten Malang.
"Mulai sekarang gunakan media sosial secara bijak. Membuat status yang menginspirasi dan menjadi teladan," ujar Eko.
Kontributor Tempo Malang ini menjelaskan, media massa ibarat amunisi, tergantung informasi digunakan untuk apa? Sejarah mencatat media massa mewarnai perubahan demokrasi di dunia. Presiden Nixon jatuh setelah skandal watergate yang diungkap media massa. Presiden Filipina Joseph estrada jatuh gara-gara gerakan melalui SMS mengungkap skandal korupsi.
Demikian juga saat reformasi gerakan pro demokrasi dan mahasiswa berkomunikasi melalui internet yang dianggap mudah dan tak terendus rezim berkuasa. Lantaran saat itu rezim mengawasi semua media komunikasi.
Baca Juga: Kohati UMM: Perempuan Masih Kurang Paham Kesetaraan Gender
"Saatnya kita menjadi jurnalis warga dengan memanfaatkan gawai untuk merekam video, foto dan menulis teks. Selain saluran melalui media arus utama juga bisa membuat media alternatif," pungkas Eko.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu