Suara.com - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Agus Hermanto, mempertanyakan penunjukan Sudirman Said sebagai Ketua Tim Sinkronisasi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Menurutnya, Sudirman banyak menimbulkan keributan saat menjabat Menteri ESDM. Hal inilah, kata Agus, yang harusnya menjadi pertimbangan Anies-Sandi dalam menunjuk Sudirman sebagai Ketua Tim Sinkronisasi.
"Kalau pada saat jadi menteri (Sudirman Said) sering banyak menimbulkan keributan, nah itu tentu menjadi pertimbangan beliau (Anies-Sandi) sendiri. Sehingga semuanya kita serahkan kepada Anies-Sandi. Cuma yang penting, kalau ada latar belakang yang kurang baik, tentu harus ditinggalkan," kata Agus di DPR, Jakarta, Selasa (16/5/2017).
Meski demikian, menurut Agus, siapa pun yang dilibatkan dalam tim ini diharapkan bisa memberikan yang terbaik untuk Jakarta ke depannya. Karenanya, dia sendiri mengaku tidak mempermasalahkan kehadiran Sudirman.
"Melibatkan siapa saja dipersilakan, yang penting menjadi lebih baik. Karena kita harus menuju ke depan, jauh lebih baik dari hari ini. Sunatullah adalah seperti itu. Hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Ini adalah sunatullah. Apabila ada yang melibatkan seseorang jadi lebih baik, kenapa tidak? Kita dukung juga," tuturnya.
Untuk diketahui, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, telah mengumumkan personel tim sinkronisasi yang mereka bentuk. Pengumuman sendiri dilakukan di Rumah Partisipasi Anies-Sandiaga di Jalan Borobudur, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (15/5/2017).
Tim yang akan bertugas menerjemahkan janji kerja Anies-Sandiaga dalam bentuk program kerja untuk dijalankan selama satu periode itu dipimpin mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. Pelibatan Sudirman di dalam tim bukan tanpa alasan.
"Jadi kami mengundang Pak Sudirman jadi ketua tim karena kita membutuhkam tim yang komplit. Dengan latar belakang beliau sebagai akuntan dan pengalaman di birokrasi, jadi beliau cukup tahu untuk menerjemahkan 23 janji kerja kita dalam program kerja kita nanti," kata Anies di Rumah Partisipasi Anies-Sandiaga.
Anggota lainnya sebagaimana diperkenalkan Sudirman, adalah Edriana Noerdin, seorang perempuan yang berpengalaman dalam bidang kesejahteraan perempuan dan anak. Saat ini Edriana juga terlibat dalam perumusan indikator capaian SDGs yang dimotori oleh Bappenas dengan support dari Sekretariat SDGs untuk kesehatan dan kesejahteraan perempuan.
"Jadi Bu Edriana ini akan bekerja untuk bidang kesejahteraan," ujar Sudirman menjelaskan.
Berikutnya ada Eko Prasojo, guru besar sekaligus dekan di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Indonesia. Selain itu, Eko juga adalah mantan Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2011-2013.
"Jadi Prof. Eko yang akan bekerja dalam bidang reformasi birokrasi dan juga soal aparatur pemerintahan," tutur Sudirman.
Anggota ketiga yaitu Fadjar Panjaitan, mantan Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta di tahun 2011-2013. "Pak Fadjar juga berpengalaman banyak mengisi posisi di pemerintahan Jakarta," ucap Sudirman.
Keempat yaitu Rikrik Rizkiyana, seorang advokat dan social enterpreneur. Rikrik adalah pengurus DPP Peradi. "Pak Rikrik akan bekerja di aspek hukum formilnya. Jadi agar program yang akan dijalankan tidak ada hambatan dari sisi hukum," ujar Sudirman.
Yang kelima yaitu Marco Kusumawijaya, seorang arsitek, peneliti dan perencana perkotaan. Marco akan bekerja di bidang perencanaan tata kota dan lingkungan.
Lalu yang keenam, Muhammad Hanif Arif Setianto, seorang akuntan yang pernah bertugas melaksanakan pemantauan sebagai deputi monitoring untuk memastikan tercapainya prioritas pembangunan nasional pada Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan tahun 2010 2014.
"Hanif juga pernah mengawal agenda strategi sektor energi melalui unit pengendali kinerja Kementerian ESDM tahun 2015-2016," kata Sudirman pula.
Yang ketujuh, Untoro Hariadi, seorang peneliti dan pengajar di Universitas Janabadra Yogyakarta. Dalam tim sinkronisasi ini ia juga menjabat sebagai Sekretaris Tim.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Penjaringan Ketua DPC PDIP Brebes Dinilai Tak Transparan, Pencalonan Cahrudin Sengaja Dijegal?
-
Bikin Riuh, Dito Ariotedjo Tiba-Tiba Tanya Ijazah Erick Thohir ke Roy Suryo
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'