Suara.com - Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Fapet Universitas Mataram menemukan pakan penurun tingkat kolesterol daging sapi. Pakan tersebut adalah kulit buah kakao yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan peternak, dan dicampur dengan jerami jagung sebagai pakan utama sapi.
“Hasil penelitian di Fapet UGM dan Fapet Unram menunjukkan bahwa sapi Bali yang diberi pakan KBK dicampur dengan jerami jagung, mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 62,5 mg per 100 gram,” kata peneliti senior Fapet UGM Edi Suryanto dalam siaran pers yang diterima Suara.com, Kamis (25/05/2017).
Menurut dia secara umum sapi Bali yang pakan utamanya tidak dicampur KBK mempunyai rata-rata kandungan kadar kolesterol 80-100 mg per 100 gram. Karena itu, menurunnya tingkat kolesterol daging sapi dipastikan akan menurunkan konsumsi daging berkolesterol tinggi bagi masyarakat yang mengonsumsi daging tersebut.
“Memasuki bulan Ramadan biasanya masyarakat mengkonsumsi daging sapi cukup banyak. Karena itu, sangat perlu diperhatikan kadar kolesterol yang dikandung dalam daging sapi, supaya tetap sehat dan bugar selama saat menjalankan ibadah puasa,” kata Edi.
Dampak KBK
Selain itu, kata dia, dampak lain pencampuran KBK ke dalam pakan ternak sapi juga menghasilkan beberapa kelebihan. Pertama, kandungan karkas (daging dan tulang) tercatat sebesar 52,4%. Kedua, area mata rusuk atau rib eye area daging sapi seluas 58,6 cm2.
“Karena itu, untuk mencapai hasil penurunan kolesterol yang maksimal, KBK perlu difermentasi sehingga meningkatkan kualitas dan kecernaan KBK jadi dapat dikonsumsi sapi secara optimal,” kata Edi.
Meski demikian, ia mengakui saat ini pakan ternak selalu kurang atau langka di musim kemarau. Sementara, produksi KBK sangat melimpah di Indonesia dan dapat diberikan pada sapi untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi, sehingga sapi dapat tumbuh dan memproduksi daging yang optimal dan rendah kolesterol.
“Oleh karena itu, kulit buah kakao perlu diproses dan disosialisasikan pada peternak untuk menjadi pakan sapi. Integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan kakao perlu dilakukan sehingga integrasi dan kolaborasi bidang peternakan dan perkebunan dapat menjadi solusi kekurangan pakan di musim kemarau,” kata Edi.
Dukung pemerintah
Ia menambahkan peternakan sapi akan menjadi lebih bergairah dan dapat menopang pemerintah dalam rangka swasembada daging di dalam negeri.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi positif bagi peternak di Indonesia khususnya untuk meningkatkan kualitas daging sapi sekaligus memanfaatkan kondisi kekurangan pakan di musim kemarau.
“Pemikiran ini sebaiknya diimplementasikan secara efektif. Sehingga target dan kolaborasi pemerintah dengan akademisi terwujud optimal,” tandas Edi.
Kontribusi konkrit
Senada dengan itu, Pengamat Kebijakan Publik Bidang Sosial Masyarakat dari Universitas Indonesia Sri Handiman Supyansuri mengapresiasi langkah Fakultas Peternakan UGM-Unram dalam memberikan edukasi penting kepada masyarakat, khususnya dalam peningkatan kualitas daging sapi.
Tag
Berita Terkait
-
Harga Cabai Rawit Merah Terus Melonjak, Tembus Rp 60.000 per Kg
-
Harga Cabai Makin Pedas Hari Ini, Rata-rata Alami Kenaikan
-
Viral! Turis India Ngamuk di McD Malaysia karena Dapat Burger Daging Sapi Bukannya Vegetarian
-
Gudang Beku Mulai Beroperasi, BEEF Mau Impor 16.000 Sapi Tahun Depan
-
Bukan Hybrid atau Listrik, Suzuki Pilih Jalan Radikal pada Mobil Barunya
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
DPR Usul Presiden Bentuk Kementerian Bencana: Jadi Ada Dirjen Longsor, Dirjen Banjir
-
Pemerintah Pulangkan 2 WN Belanda Terpidana Kasus Narkotika Hukuman Mati dan Seumur Hidup
-
Aksi 4 Ekor Gajah di Pidie Jaya, Jadi 'Kuli Panggul' Sekaligus Penyembuh Trauma
-
Legislator DPR Desak Revisi UU ITE: Sikat Buzzer Destruktif Tanpa Perlu Laporan Publik!
-
Lawatan ke Islamabad, 6 Jet Tempur Sambut Kedatangan Prabowo di Langit Pakistan
-
Kemensos Wisuda 133 Masyarakat yang Dianggap Naik Kelas Ekonomi, Tak Lagi Dapat Bansos Tahun Depan
-
27 Sampel Kayu Jadi Kunci: Bareskrim Sisir Hulu Sungai Garoga, Jejak PT TBS Terendus di Banjir Sumut
-
Kerugian Negara Ditaksir Rp2,1 T, Nadiem Cs Segera Jalani Persidangan
-
Gebrakan KemenHAM di Musrenbang 2025: Pembangunan Wajib Berbasis HAM, Tak Cuma Kejar Angka
-
LBH PBNU 'Sentil' Gus Nadir: Marwah Apa Jika Syuriah Cacat Prosedur dan Abaikan Kiai Sepuh?