Suara.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), melalui Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM), saat ini tengah membangun jembatan Pulau Balang II, yang merupakan salah satu proyek strategis nasional. Jembatan yang dibangun melintasi teluk Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) tersebut dapat mempersingkat waktu tempuh perjalanan Balikpapan-Samarinda dan menjadi penyatu dua daerah, yakni Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Dengan dua manfaat ini, jembatan Pulau Balang II dinilai menjadi titik penting terwujudnya konektivitas jalan trans Kalimantan dari barat hingga timur.
“Selama ini, masyarakat memiliki dua pilihan, menggunakan kapal feri atau memutar jalan nasional sepanjang 104 km, yang dapat memakan waktu sampai 3,5 jam. Kalau menggunakan kapal feri pada saat libur, antreannya membludak," tutur Pejabat Pembuat Komitmen Jembatan Pulau Balang DJBM Kementerian PUPR, Junior Alberto, Kaltim, Selasa (24/10/2017).
Junior mengatakan, jembatan tersebut mampu menghemat waktu tempuh perjalanan Balikpapan-Penajam hingga 2 jam. Nantinya, kendaraaan dari Samarinda menuju Banjarmasin atau sebaliknya, tidak perlu masuk ke dalam kota, sehingga dapat mengurangi kepadatan lalu lintas di Kota Balikpapan.
Jembatan tersebut juga akan mendukung Kawasan Industri Karangau (KIK) yang berlokasi di utara Balikpapan. Beberapa tahun terakhir ini, pembangunan kawasan tersebut menggeliat dan diprediksi menjadi tulang punggung kota Balikpapan sebagai kota industri. Selain itu, jembatan tersebut dapat mendukung aktivitas Pelabuhan TPK Kariangau dan Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, yang nantinya akan dikembangkan menjadi kawasan resort dan penunjang olahraga air.
Jembatan Pulau Balang terdiri dari 2 bagian, yaitu jembatan bentang pendek (jembatan Pulau Balang I) sepanjang 470 m, dibangun dengan dana APBD Provinsi Kaltim dan kini telah selesai, sedangkan jembatan bentang panjang (Jembatan Pulau Balang II) sepanjang 804 m, dibangun melalui APBN dengan memanfatkan dana sukuk surat berharga syariah negara (SBSN) sebesar Rp1,3 triliun, dan dilaksanakan dengan pola kontrak tahun jamak 2015-2019.
“Kemajuan pembangunan saat ini adalah 39,6 persen, yaitu dalam tahap pengerjaan pondasi bore pile dan pekerjaan jalan akses sepanjang 2 km. Target penyelesaian pada November 2019,” tutur Junior.
Pembangunan Pulau Balang II diawali dengan membangun pondasi bentang utama yang akan berada di atas permukaan air. Jenis pondasi yang dibangun berupa tiang-tiang pancang beton silinder yang dibor dan ditanam sedalam 65 m dari muka tanah di dasar air ke dalam tanah.
Pekerjaan dilanjutkan dengan pembangunan pile cap kepala tiang pancang, berupa lapisan beton datar berbentuk persegi. Pile cap ini akan menjadi tapak berdirinya menara yang akan menjadi struktur utama penahan bentangan jembatan yang berada di atas permukaan air.
Setiap menara akan berdiri di atas dua pile cap, dimana masing-masing pile cap akan ditahan oleh 72 tiang pancang beton. Pengerjaan dilanjutkan dengan pembangunan pylon atau menara beton setinggi 117,5 m. Ada dua menara yang dibangun untuk menahan bentang utama jembatan ini, yang waktu penyelesaiannya sekitar 410 hari, atau 1 tahun 2 bulan.
Setelah selesai, pengerjaan dilanjutkan dengan pembangunan lantai jembatan yang dibarengi dengan pemasangan kabel penahan alias cable stayed, yang menghubungkan pylon dengan lantai jembatan. Pengecoran lantai jembatan dan pemasangan kabel penahan dilakukan secara bertahap hingga lantai jembatan mencapai bentangan total 804 m.
Proses ini membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian, karena merupakan bagian paling vital dari badan jembatan. Di saat bersamaan, dilakukan pula pembangunan pondasi untuk jembatan pendekat yang dipasang di sisi Pulau Balang, dengan panjang bentangan mencapai 167,65 m.
Pondasi untuk jembatan pendekat ini berupa 3 pilar raksasa yang berdiri di atas satu abutment, yang dibangun di atas 8 tiang pancang yang dibor dan ditanam hingga kedalaman 27 m. Seluruh pekerjaan dilakukan simultan, sehingga antara bentang utama dan jembatan pendekat bisa selesai secara bersamaan.
Setelah seluruh proses konstruksi selesai, maka tahap selanjutnya adalah pemasangan pembatas jalan, pengaspalan, pemberian marka, rambu dan lampu jalan. Jembatan ini sendiri memiliki lebar 2x3,5 m ditambah 2x1 m di kanan-kiri jembatan sebagai trotoar bagi pejalan kaki.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf