Suara.com - Gerombolan teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), mengayau 15 anggotanya yang dianggap membelot di Provinsi Nangarhar, Afghanistan timur, Kamis (23/11/2017).
Keterangan lebih rinci mengenai kejadian tersebut belum diketahui oleh pemerintah setempat. Sementara ISIS juga belum mengklaim melakukan pemancungan tersebut.
Secara terpisah, bom meledak di ibu kota Nangarhar, Jalalabad, pada hari yag sama, menewaskan sedikit-dikitnya delapan orang. Belum ada pernyataan bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Pembunuhan itu terjadi di distrik Achin. 15 anggota ISIS itu dibunuh setelah terjadi perpecahan internal,” kata Attaullah Khogyani, juru bicara kantor gubernur provinsi.
Nangarhar, daerah Afghanistan yang kali pertama kali dimasuki ISIS pada awal 2015, adalah sebuah kawasan bergolak. ISIS di kota itu harus bersaing dengan kelompok teroris lain untuk memperebutkan pengaruh. Wilayah itu juga merupakan perbatasan antara Afghanistan dengan Pakistan.
Kelompok teroris Taliban yang sejak lama berbasis di negara itu, kerapkali menggempur basis ISIS di Nangarhar. Tapi, keduanya juga sering menjadi sasaran serangan udara Amerika Serikat.
Meski demikian, hubungan sebenarnya antara Taliban dengan ISIS masih belum sepenuhnya dimengerti. Ada sejumlah insiden terpisah di Afghanistan, di mana para anggota kedua kelompok tersebut saling bekerja sama.
Menurut sejumlah dokumen intelijen Afghanistan yang diperoleh Reuters pada awal tahun ini, pihak keamanan meyakini ISIS bergerak di sembilan provinsi, dari Nangarhar dan Kunar di timur, Jawzjah, Faryab dan Badakhshan di utara, dan Ghor di barat tengah.
Baca Juga: Jadi Tersangka, Wali Kota Mojokerto Diduga Suap Pemimpin DPRD
Berita Terkait
-
5 Fakta Gempa Afghanistan Magnitudo 6: Jalan Putus, Lebih 250 Orang Tewas!
-
Peluru Taliban yang Menyalakan Perjuangan Malala untuk Pendidikan
-
Turki Gempur ISIS Online: 26 Orang Ditangkap Terkait Propaganda Teror di Medsos
-
Taliban Promosikan Pariwisata Afghanistan dengan Parodi 'Nyentrik': Berani Coba?
-
Dilarang Sekolah, Bocah Perempuan Afghanistan Dipaksa Jadi Penenun Karpet
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO