MI (35), pelaku pembongkaran makam dan pencurian tali pocong jenazah almarhum M. Hendra, di Polres Tangerang Selatan, Senin (8/1/2018). [Suara.com/Welly Hidayat]
Supir angkutan umum D 10 rute Ciputat - Pondok Aren, MI (35), sedang butuh uang sebanyak-banyaknya.
"Karena adiknya yang mau lulus SMA butuh uang untuk lulusan tahun 2018 ini. Baru kekumpul Rp500 ribu. Masih kurang Rp3 juta lagi. untuk keperluan dan lainnya," ujar Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan Ajun Komisaris Besar Fadli Widiyanto dalam konferensi pers di kantor Polres Tangerang Selatan, Jalan Promoter, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (8/1/2018).
MI tinggal bersama adiknya di Jalan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, semenjak dia cerai dengan istri yang dinikahi tahun 2003.
MI sudah frustrasi mencari uang. Pendapatan dari jasa angkutan umum rata-rata hanya Rp30 ribu sehari.
Sampai akhirnya dia mendengar cerita dari seorang penumpang. Penumpang itu bercerita kalau dengan memiliki tali pocong, bisa mendapatkan rezeki dengan lebih gampang. Kalau misalnya pekerjaannya supir angkutan umum, akan banyak penumpang saban hari.
"Sehingga kepikiranlah dia, untuk mempercepat proses itu dengan menggunakan tali pocong," kata Fadli.
Waktu yang dia tunggu-tunggu untuk mendapatkan tali pocong akhirnya tiba. Pada hari Kamis (28/12/2017), temannya, M. Hendra bin Solahi, meninggal dunia. Jenazah Hendra dimakamkan di kuburan Jalan Taman Abadi, RW 3, Sawah Lama, Ciputat.
Tak lama setelah Hendra dikubur, ketika suasana sedang sepi, Hendra mendatangi kuburan itu. Dia bongkar gundukan tanah merah sampai menemukan barang yang dicari.
Dia segera membawa pergi tali pocong. Jumat pagi, penduduk sekitar makam gempar. Tapi, MI tak peduli. Dia berusaha tenang bersama tali pocong. Biar rezeki lancar, seperti kata penumpang yang pernah menceritakannya.
"Ternyata nggak ada khasiatnya sama sekali," ujar Fadli.
"Karena adiknya yang mau lulus SMA butuh uang untuk lulusan tahun 2018 ini. Baru kekumpul Rp500 ribu. Masih kurang Rp3 juta lagi. untuk keperluan dan lainnya," ujar Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan Ajun Komisaris Besar Fadli Widiyanto dalam konferensi pers di kantor Polres Tangerang Selatan, Jalan Promoter, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (8/1/2018).
MI tinggal bersama adiknya di Jalan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, semenjak dia cerai dengan istri yang dinikahi tahun 2003.
MI sudah frustrasi mencari uang. Pendapatan dari jasa angkutan umum rata-rata hanya Rp30 ribu sehari.
Sampai akhirnya dia mendengar cerita dari seorang penumpang. Penumpang itu bercerita kalau dengan memiliki tali pocong, bisa mendapatkan rezeki dengan lebih gampang. Kalau misalnya pekerjaannya supir angkutan umum, akan banyak penumpang saban hari.
"Sehingga kepikiranlah dia, untuk mempercepat proses itu dengan menggunakan tali pocong," kata Fadli.
Waktu yang dia tunggu-tunggu untuk mendapatkan tali pocong akhirnya tiba. Pada hari Kamis (28/12/2017), temannya, M. Hendra bin Solahi, meninggal dunia. Jenazah Hendra dimakamkan di kuburan Jalan Taman Abadi, RW 3, Sawah Lama, Ciputat.
Tak lama setelah Hendra dikubur, ketika suasana sedang sepi, Hendra mendatangi kuburan itu. Dia bongkar gundukan tanah merah sampai menemukan barang yang dicari.
Dia segera membawa pergi tali pocong. Jumat pagi, penduduk sekitar makam gempar. Tapi, MI tak peduli. Dia berusaha tenang bersama tali pocong. Biar rezeki lancar, seperti kata penumpang yang pernah menceritakannya.
"Ternyata nggak ada khasiatnya sama sekali," ujar Fadli.
Di ujung cerita, perbuatan MI terungkap dan dia ditangkap polisi.
Perguruan silat
Hendra lahir tahun 1970. Setelah dewasa, tepatnya 2003, dia bersama sembilan teman mendirikan perguruan pencak silat. Elak Perak, namanya. Tapi perguruan ini berumur panjang.
"Tapi sudah nggak aktif. Kemudian dia (almarhum) tinggal di musala di dekat pemakaman," kata Fadli.
Menurut cerita keluarga yang disampaikan Fadli, Hendra memiliki ilmu kebhatinan.
Polisi sempat tertarik mendalami motivasi MI mencuri tali pocong jenazah Hendra, apakah gara-gara almarhum semasa hidupnya punya ilmu kebathinan.
"Nggak tahu dia malah (tersangka). Kalau almarhum pernah punya perguruan," ujar Fadil.
MI tak banyak tahu tentang masa lalu Hendra karena dia baru berteman dengannya selama enam bulan.
"Iti dia (pelaku) nggak termasuk dari 10 teman teman almarhum pas buat perguruan silat. Orang kenal pas di musala aja mereka," ujar Fadil.
Jumat pagi
Akhir pekan lalu, Jumat (5/1/2017), Suara.com menemui Alimin. Alimin ini seorang penggali liang lahat pemakaman. Lalu dia bercerita.
Jumat tanggal 29 Desember 2017, sekitar jam 07.00 WIB. Alimin sedang olahraga di kuburan.
Ketika sedang berolahraga, Alimin didatangi tiga orang. Ada yang perempuan, ada yang lelaki. Alimin tak ingat persis berapa yang lelaki atau berapa yang perempuan. Maklum, dia sudah mulai jadi pelupa.
"Mana tempat almarhum Hendra dikuburin, pak," kata seorang perempuan, ditirukan Alimin.
"Ada di sebelah situ," jawab Alimin.
Alimin sudah biasa ditanya-tanya peziarah. Setelah menjawab, dia kembali meneruskan aktivitas. Sementara orang-orang yang tak dikenal Alimin itu pergi ke arah yang ditunjuk tadi.
Tapi tak lama kemudian, salah satu tamu kuburan kembali lagi mendatangi Alimin. Yang dua orang masih di kuburan Hendra.
"Nanya lagi ke saya," kata Alimin.
"Nggak ada makam kok itu kuburan udah dibongkar," kata orang itu.
Alimin kaget. Bagaimana mungkin kuburan dibongkar. Padahal baru kemarin pemakamannya. Tak percaya begitu saja dengan apa yang baru saja didengarnya, Alimin segera pergi ke kuburan Hendra.
"Saya langsung lari lihat."
"Ternyata benar. Kaget saya makam dibongkar."
Benar-benar pemandangan tak lazim. Baru kali ini, Alimin melihat sebuah kuburan terbongkar.
"Papan nisan nggak ada."
"Terus saya turun lihat (jenazah), tali pocongnya juga nggak ada."
Alimin segera memberitahukan kasus ini ke tokoh masyarakat. Lalu, informasinya diteruskan ke kantor polisi.
Warga berduyun-duyun mendatangi makam. Mereka penasaran dengan apa yang telah terjadi. Tak lama kemudian, polisi datang.
"Ini saya nggak nyangka mas. Baru pertamakali ini. Saya sudah dari tahun 1990 sudah jadi penggali kubur. Ini baru saya temuin di sini," ujar Alimin.
Perguruan silat
Hendra lahir tahun 1970. Setelah dewasa, tepatnya 2003, dia bersama sembilan teman mendirikan perguruan pencak silat. Elak Perak, namanya. Tapi perguruan ini berumur panjang.
"Tapi sudah nggak aktif. Kemudian dia (almarhum) tinggal di musala di dekat pemakaman," kata Fadli.
Menurut cerita keluarga yang disampaikan Fadli, Hendra memiliki ilmu kebhatinan.
Polisi sempat tertarik mendalami motivasi MI mencuri tali pocong jenazah Hendra, apakah gara-gara almarhum semasa hidupnya punya ilmu kebathinan.
"Nggak tahu dia malah (tersangka). Kalau almarhum pernah punya perguruan," ujar Fadil.
MI tak banyak tahu tentang masa lalu Hendra karena dia baru berteman dengannya selama enam bulan.
"Iti dia (pelaku) nggak termasuk dari 10 teman teman almarhum pas buat perguruan silat. Orang kenal pas di musala aja mereka," ujar Fadil.
Jumat pagi
Akhir pekan lalu, Jumat (5/1/2017), Suara.com menemui Alimin. Alimin ini seorang penggali liang lahat pemakaman. Lalu dia bercerita.
Jumat tanggal 29 Desember 2017, sekitar jam 07.00 WIB. Alimin sedang olahraga di kuburan.
Ketika sedang berolahraga, Alimin didatangi tiga orang. Ada yang perempuan, ada yang lelaki. Alimin tak ingat persis berapa yang lelaki atau berapa yang perempuan. Maklum, dia sudah mulai jadi pelupa.
"Mana tempat almarhum Hendra dikuburin, pak," kata seorang perempuan, ditirukan Alimin.
"Ada di sebelah situ," jawab Alimin.
Alimin sudah biasa ditanya-tanya peziarah. Setelah menjawab, dia kembali meneruskan aktivitas. Sementara orang-orang yang tak dikenal Alimin itu pergi ke arah yang ditunjuk tadi.
Tapi tak lama kemudian, salah satu tamu kuburan kembali lagi mendatangi Alimin. Yang dua orang masih di kuburan Hendra.
"Nanya lagi ke saya," kata Alimin.
"Nggak ada makam kok itu kuburan udah dibongkar," kata orang itu.
Alimin kaget. Bagaimana mungkin kuburan dibongkar. Padahal baru kemarin pemakamannya. Tak percaya begitu saja dengan apa yang baru saja didengarnya, Alimin segera pergi ke kuburan Hendra.
"Saya langsung lari lihat."
"Ternyata benar. Kaget saya makam dibongkar."
Benar-benar pemandangan tak lazim. Baru kali ini, Alimin melihat sebuah kuburan terbongkar.
"Papan nisan nggak ada."
"Terus saya turun lihat (jenazah), tali pocongnya juga nggak ada."
Alimin segera memberitahukan kasus ini ke tokoh masyarakat. Lalu, informasinya diteruskan ke kantor polisi.
Warga berduyun-duyun mendatangi makam. Mereka penasaran dengan apa yang telah terjadi. Tak lama kemudian, polisi datang.
"Ini saya nggak nyangka mas. Baru pertamakali ini. Saya sudah dari tahun 1990 sudah jadi penggali kubur. Ini baru saya temuin di sini," ujar Alimin.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Manusia Cuma Anak Kemarin Sore! Kenalan sama 6 Hewan Abadi yang Umurnya Bisa Ratusan Tahun
-
Hewan-Hewan Tangguh yang Hidup di Tempat Paling Ekstrem
-
7 Ide Hampers Natal yang Unik, Dijamin Bikin Penerima Terkesima
-
7 Olahraga Paling Unik di Dunia: dari Sepak Takraw, Gendong Istri hingga Kejar Keju
-
Dari Toraja hingga Ethiopia: Tradisi-Tradisi Unik yang Masih Dilestarikan
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar