Rapat di Komisi II [suara.com/Dian Rosmala]
Baca 10 detik
Fraksi Gerindra DPR meminta Kementerian Dalam Negeri melarang Badan Kesatuan Bangsa dan Politik terlibat proses rekapitulasi surat suara hasil pemilu.
"Selasa ini, kesbangpol masih ikut hitung suara hasil pemilu, pilkada, jadi seperti zaman Orde Baru. Bahkan lebih hebat dari KPU dan bawaslu nanti," kata Wakil Ketua Komisi II DPR Fraksi Gerindra dalam rapat gabungan antara Komisi II, Komisi III DPR bersama Mendagri, Kapolri, KPU, Bawaslu, Kejagung dan KPK di DPR, Jakarta, Kamis (11/1/2018).
Riza mengatakan rekapitulasi suara merupakan hak dan kewajiban KPU dan bawaslu.
"Jadi saya yakin pak Mendagri bisa melarang, sudahlah kesbangpol tak perlu dan tak usah ikut-ikut hitung hasil suara. Kalau mau tahu, tanya KPU," ujar Riza.
Dalam konteks pilkada tahun ini, kata dia, banyak calon kepala daerah incumbent yang ikut kompetisi. Kedekatan mereka dengan pejabat kesbangpol sangat mungkin untuk dimanfaatkan.
"Jadi supaya tidak ada lagi dua, tiga tafsir terhadap hasil pilkada," tutur Riza.
Riza meminta Tito Karnavian melarang anggota ikut-ikutan penghitungan suara. Riza mengatakan fakta yang terjadi di lapangan, oknum sering terlibat.
"Ternyata Polisi ini lebih hebat, lebih cepat, lebih teliti dan lebih serius juga menghitung suara daripada KPU dan bawaslu. Itu terbukti lebih cepat, karena punya jaringan yang luar biasa, pengalamannya, bahkan kalau ingin jujur teknologinya lebih hebat," ujar Riza.
Ia meminta agar Tito melarang anak buahnya ikut-ikutan menghitung hasil pemilu agar tidak terjadi multi tafsir atas hasil penghitungan.
"Saya berharap, mulai pilkada dan pemilu ke depan ini, tidak perlu lagi institusi mana pun di luar KPU dan bawaslu, juga terlibat melakukan rekapitulasi," kata Riza.
"Selasa ini, kesbangpol masih ikut hitung suara hasil pemilu, pilkada, jadi seperti zaman Orde Baru. Bahkan lebih hebat dari KPU dan bawaslu nanti," kata Wakil Ketua Komisi II DPR Fraksi Gerindra dalam rapat gabungan antara Komisi II, Komisi III DPR bersama Mendagri, Kapolri, KPU, Bawaslu, Kejagung dan KPK di DPR, Jakarta, Kamis (11/1/2018).
Riza mengatakan rekapitulasi suara merupakan hak dan kewajiban KPU dan bawaslu.
"Jadi saya yakin pak Mendagri bisa melarang, sudahlah kesbangpol tak perlu dan tak usah ikut-ikut hitung hasil suara. Kalau mau tahu, tanya KPU," ujar Riza.
Dalam konteks pilkada tahun ini, kata dia, banyak calon kepala daerah incumbent yang ikut kompetisi. Kedekatan mereka dengan pejabat kesbangpol sangat mungkin untuk dimanfaatkan.
"Jadi supaya tidak ada lagi dua, tiga tafsir terhadap hasil pilkada," tutur Riza.
Riza meminta Tito Karnavian melarang anggota ikut-ikutan penghitungan suara. Riza mengatakan fakta yang terjadi di lapangan, oknum sering terlibat.
"Ternyata Polisi ini lebih hebat, lebih cepat, lebih teliti dan lebih serius juga menghitung suara daripada KPU dan bawaslu. Itu terbukti lebih cepat, karena punya jaringan yang luar biasa, pengalamannya, bahkan kalau ingin jujur teknologinya lebih hebat," ujar Riza.
Ia meminta agar Tito melarang anak buahnya ikut-ikutan menghitung hasil pemilu agar tidak terjadi multi tafsir atas hasil penghitungan.
"Saya berharap, mulai pilkada dan pemilu ke depan ini, tidak perlu lagi institusi mana pun di luar KPU dan bawaslu, juga terlibat melakukan rekapitulasi," kata Riza.
Komentar
Berita Terkait
-
Agar Masyarakat Lebih Peduli, Doli Golkar Kini Usul Pilpres-Pileg Juga Dipisah
-
MK Diskualifikasi Paslon pada Pilbup Mahakam Ulu karena Buat Kontrak Politik dengan Ketua RT
-
Prabowo Lantik 961 Kepala Daerah Serentak, Tjhai Chui Mie: Sangat Membanggakan Bagi Kami Semua
-
Kemendagri Bakal Kumpulkan Kepala Daerah Terpilih Lagi Besok di Monas, Persiapan Rinci Gladi Bersih Pelantikan
-
Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2024: Khofifah-Emil Puncaki Perolehan Suara Pilkada Serentak
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Ucapan Rampok Uang Negara Diusut BK, Nasib Wahyudin Moridu Ditentukan Senin Depan!
-
Survei: Mayoritas Ojol di Jabodetabek Pilih Potongan 20 Persen Asal Orderan Banyak!
-
Sambut Putusan MK, Kubu Mariyo: Kemenangan Ini Milik Seluruh Rakyat Papua!
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban