Suara.com - Fredrich Yunadi, tersangka kasus menghalang-halangi penyelidikan perkara korupsi dana KTP elektronik, menegaskan hasil pemeriksaan Rumah Sakit Medika Permata Hijau atas mantan kliennya—Setya Novanto—tidak direkayasa oleh dirinya atau siapa pun.
Ia mengatakan, klaimnya tersebut diperkuat oleh hasil olah tempat kejadian perkara yang dilakukan aparat kepolisian setelah mobil yang ditumpangi Setnov menabrak tiang listrik di kawasan Permata Hijau.
"Itu memang asli (dokumen hasil Rumah Sakit Setnov). Sekarang kenapa dia (KPK) melecehkan polisi. Itu semua pelecehan, polisi sudah menyatakan ini murni kecelakaan," kata Yunadi di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (15/1/2018).
Menurut Fredrich, bila kecelakaan yang menimpa Setnov direkayasa, KPK seharusnya turut periksa Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
"Sekarang KPK menyangsikan, kenapa dia (KPK) tidak periksa Kapolri. Kalau mengatakan itu rekayasa (kecelakaan) periksa polisi dong," tukasnya.
Yunadi juga menuding KPK melecehkan profesi advokat maupun hak imunitas pengacara yang tertuang dalam putusan Mahkamah Konstitusi nomor 26/PPU-XI 2013.
Karenanya, Yunadi meminta seluruh advokat di Indonesia untuk memboikot KPK, atas peristiwa penangkapan dirinya tersebut.
"Mereka sudah melecehkan putusan Mahkamah Konstitusi dan Undang Undang Advokat," tudingnya.
Baca Juga: Darmin Tegaskan Impor Beras Dilakukan Bulog, Bukan PT PPI
Yunadi menegaskan, sebelum dijemput paksa, dirinya sama sekali tak mengindari pemeriksaan KPK.
Ketika dibekuk KPK, Yunadi mengklaim berada di rumah sakit untuk memeriksa kesehatan. Namun, ia mengakui waktu itu mendapat informasi tengah dicari-cari penyidik KPK.
"Seolah-olah saya dicari seharian, itu adalah bohong semua, saya di rumah sakit kebetulan chek up, kemudian datang dijemput, hanya itu, tidak ada dicari seharian, itu semua bohong itu," tudingnya.
Berita Terkait
-
Ditahan KPK, Setya Novanto Bisa Tonton Laga Indonesia vs Islandia
-
Fredrich Yunadi: Advokat se-Indonesia Bersatulah, Boikot KPK!
-
Saksi Sebut Ada Transfer Duit ke Rekening Rekan Setya Novanto
-
Tetap Main Tenis Meja di Sel Tahanan, Setnov: Tak Bisa Berenang
-
Setya Novanto Nilai Bambang Soesatyo Pantas Pimpin DPR
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Konflik Lahan di Lebak Memanas, DPR Panggil Perusahaan dan KLHK
-
Di Hadapan Buruh, Aher Usul Kontrak Kerja Cukup Setahun dan Outsourcing Dibatasi
-
Aher Terima Curhat Buruh: RUU Ketenagakerjaan Jadi Sorotan, PHK Sepihak Jadi Ancaman
-
Tips Akhir Tahun Ga Bikin Boncos: Maksimalkan Aplikasi ShopeePay 11.11 Serba Hemat
-
Deolipa Tegaskan Adam Damiri Tidak Perkaya Diri Sendiri dalam Kasus Korupsi Asabri
-
Tak Hadir Lagi di Sidang Sengketa Tambang Nikel Haltim, Dirut PT WKS Pura-pura Sakit?
-
Hasto: PDIP Dorong Rote Ndao Jadi Pusat Riset Komoditas Rakyat, Kagum pada Tradisi Kuda Hus
-
Gubernur Pramono Lanjutkan Uji Coba RDF Rorotan Meski Diprotes: Tidak Kapasitas Maksimum
-
Di Rote Ndao, Hasto PDIP Soroti Potensi Wilayah Terluar RI
-
Belajar Asuransi Jadi Seru! Chubb Life Luncurkan Komik Edukasi Polistory