Suara.com - Oesman Sapta Odang harus merombak hal-hal yang buruk di Partai Hanura, terutama terkait isu mahar politik. Dengan adanya mosi tak percaya dari pengurus tingkat cabang dan daerah bisa saja Oesman dipecat.
"Dia harus belajar ke Partai Nasdem yang menolak mahar politik dan ini perseteruan dirinya dengan sekjen," kata pengamat politik Indonesian Public Institute Jerry Massie kepada Suara.com, hari ini.
Jerry menduga kisruh ini akan berbuntut panjang dan berlanjut sampai pemilu presiden. Dualisme akan terjadi. Dan ini bisa mempengaruhi elektabilitas partai tersebut.
Menurut Jerry sebetulnya ini tidak perlu terjadi jika ada komunikasi yang intens terkait siapa-siapa yang diusung.
"OSO sebaiknya jangan memecat kader Hanura, ini malah tambah runyam. Biasa dalam parpol terjadi dualisme. PG (Golkar) saja pernah dimana kubu ARB dan Agung Laksono, begitu pula PPP kubu Romny dan Djan," ujarnya.
Jerry menyarankan mereka duduk bersama dan mediatornya Ketua Pembina Wiranto. Wiranto merupakan perintis Hanura.
Soalnya jika tidak duduk bersama, kisruh akan merugikan partai itu sendiri. Elektabilitas akan turun dan mengganggu komunikasi dengan Presiden Joko Widodo lantaran mereka sudah mendeklarasikan mendukung Jokowi pada pilpres 2019.
Untuk menjaga agar jangan terjadi kegaduhan, kata Jerry, sebaiknya komunikasi politik harus jalan.
"Bagi saya ini likes and dislike mengusung calon di pilkada. Barangkali ada silang pendapat hal itu wajar, tapi jangan partai dikorbankan," tuturnya.
Berita Terkait
-
Minta Masyarakat Hati-hati Pilih Gubernur Jakarta, Ketum Hanura: Saya Tahu Kelakuan Salah Satu Calon
-
Terpilih Aklamasi, OSO Kembali Jadi Ketum Hanura Periode 2024-2029
-
Prabowo-Gibran Unggul Versi Hitung Cepat, Oso Hanura: Banyak Kejanggalan
-
Bus Brigade Hanura Kecelakaan, Ini Kata Ketum Partai Hanura Oesman Sapta Odang
-
Duka OSO Untuk 2 Kader Hanura Meninggal Kecelakaan Saat Pulang Kampanye Akbar Ganjar-Mahfud
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO