Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla enggan berkomentar soal penangkapan jaringan anggota The Family Muslim Cyber Army (MCA).
Sedikitnya, tujuh orang di balik pembuatan dan penyebaran berita bohong alias hoaks sudah ditangkap Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.
"Nanti tanya Kapolri saja. Saya belum tahu," ujar Kalla di kantor MUI, Jalan Proklamasi 51, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (6/3/2018).
Selain itu, Kalla juga tidak mau menduga-duga siapa dalang dibalik penyebaran informasi bohong yang dilakukan oleh anggota MCA.
Tetapi, pemerintah menyebut anggota tersebut memanfaatkan momen menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019 untuk menjatuhkan pemerintah.
"Mana saya tahu (aktor dibelakangnya)," kata Kalla.
JK menyerahkan sepenuhnya pada Polisi. Dia juga tidak tahu apakah keberadaan MCA benar ingin membuat gaduh di tahun politik.
"Kami tidak tahu. Nanti tunggu saja penyidikan oleh Kapolri, polisi," kata JK.
Secara terpisah, Presiden Joko Widodo memerintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas kasus penyebaran ujaran kebencian melalui media sosial, yang dilakukan komplotan MCA.
Baca Juga: PSG Tanpa Neymar, Real Madrid Waspadai Ancaman Angel Di Maria
Selain itu, Jokowi minta pada polisi usut komplotan lainnya yang menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian di media sosial.
"Polisi tahu ini pelanggaran hukum atau tidak, kalau pelanggaran hukum sudah saya perintahkan entah itu Saracen, MCA, kejar! Selesaikan, tuntas. Jangan setengah-setengah," kata Jokowi di lapangan sirkuit Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Menurutnya sindikat MCA yang menyebarkan hoax dan ujaran kebencian di media sosial itu dapat menimbulkan perpecahan di masayarakat.
Apa pun motifnya, Jokowi menekankan penyebaran ujaran kebencian itu tak boleh dilakukan.
"Itu bisa ciptakan disintegrasi bangsa, kalau isu-isu itu diteruskan, akan terjadi perpecahan. Hati-hati, tidak boleh seperti itu. Saya sudah perintahkan ke Kapolri kalau ada pelanggaran tindak tegas, jangan ragu-ragu," ujar dia.
Berita Terkait
-
Tinjau Sirkuit Sentul, Jokowi Ingin Indonesia Gelar MotoGP 2021
-
JK Dukung Rencana Pemindahan Gembong Teroris Abu Bakar Ba'asyir
-
Hidayat Nur Wahid Akui Kerap di-Bully karena Informasi Hoaks
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Pertemuan Ulama dari 3 Negara
-
Kasus Muslim Cyber Army, Jokowi: Kejar! Jangan Setengah-setengah
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
Terkini
-
Detik-detik Maling Motor Asal Lampung Tewas Dihajar Massa di Gang Buntu Cengkareng
-
BRIN: Krisis Mikroplastik Jadi Alarm Perbaikan Sistem Sampah Nasional
-
Profil Dini Yuliani Istri Bupati Purwakarta Wafat: Pengusaha dan Politisi yang Dikenal Rendah Hati
-
Tragis! Diamuk Massa hingga Tewas, Maling Motor di Cengkareng Ternyata Bawa Pistol Mainan
-
Jokowi Sebut Whoosh Investasi Sosial, DPR: Sejak Awal Ini Bisnis Dikelola BUMN, Bukan Pemerintah!
-
Tragedi Sabu Patungan: Polisi Ungkap Motif Sepele di Balik Tebasan Kerambit Maut Jatinegara
-
Dalih 'Investasi Sosial' Jokowi soal Utang Whoosh Dikuliti DPR: Mana Akuntabilitasnya?
-
Skandal Chromebook: Pengacara Nadiem Tunjuk Hidung Stafsus, Siapa Dalang Sebenarnya?
-
Pesawat Haji Tak Lagi Terbang Kosong? Begini Rencana Ambisius Pemerintah...
-
Ditanya Soal Peluang Periksa Luhut dalam Kasus Whoosh, Begini Respons KPK