Karena kongres itu diikuti oleh Sekretaris Umum Lekra Joebar Ayub dan Menteri Pemuda sekaligus anggota Polit Biro CC PKI Njoto, panitia meminta salinan naskah pidato Pramoedya sebelum dibacakan.
“Katanya mau diperiksa dulu, apa pola pikir dalam pidato Pram itu sejalan dengan Lekra atau tidak. Pram marah. Dia bilang ke panitia, ‘kalau kamu periksa, lebih baik saya pulang ke Jakarta, saya tak mau ikut.’ Akhirnya, naskahnya tak diperiksa,” kenang Soesilo.
“Pram itu melawan arus, makanya banyak orang yang benci,” tambahnya.
G30S dan Mula Bumi Manusia
Insiden yang terjadi pada malam dini hari 1 Oktober 1965, menjadi arus balik kehidupan Pramoedya. Sekelompok serdadu bergerak menculik sejumlah perwira berpengaruh TNI Angkatan Darat.
Pada hari-hari selanjutnya, tentara mengklaim insiden itu adalah upaya kudeta terhadap Presiden Soekarno yang didalangi PKI beserta organisasi-organisasi massa sehaluan. Tak ayal, Pramoedya yang dianggap sebagai tokoh Lekra sekaligus kader PKI menjadi sasaran.
Seingat Soesilo, demonstran anti-Soekarno melempari rumah Pramoedya pada dua atau tiga pekan setelah peristiwa tersebut. Kala itu, Pramoedya tengah bersama adik kelimanya, yakni Koeslah Soebagyo Toer.
“Setelahnya, rumah Pram digerebek tentara. Pram cerita, waktu digerebek, bukunya dirampas dan dibakar. Koeslah juga ditangkap. Sewaktu diangkut, ada kopral yang memukul Pram memakai popor senapan, kena telinganya. Makanya dia budek,” ungkapnya.
Baca Juga: Juli, Jembatan Musi IV Palembang Mulai Terhubung Hilir ke Hulu
Pramoedya sempat dipenjara di sejumlah tempat, sebelum dibuang ke Pulau Buru bersama tahanan politik lainnya.
Awalnya, mulai tanggal 13 Oktober 1965 sampai Juli 1969, Pramoedya ditahan di penjara daerah Jakarta. Sementara sejak Juli 1969 sampai 16 Agustus 1969, ia dipenjara di Pulau Nusakambangan.
Sedangkan Agustus 1969 sampai tanggal 12 tahun 1979, dibuang ke Pulau Buru. Sesudahnya, pada November sampai tanggal 21 Desember tahun yang sama, dipenjara di Magelang. Total 14 tahun ia dipenjara Orde Baru.
“Pada awal-awal masa tahanan, Pramoedya disiksa hebat oleh tentara. Selanjutnya ada yang memberitahu, mengaku saja menjadi komunis ketimbang disiksa. Nah, dari situ ia terpaksa mengaku komunis,” kata Soesilo yang juga ikut merasakan masa pemenjaraan selama 5 tahun tersebut.
Ketika dibuang ke Pulau Buru, kehidupan Pram semakin sulit. Selain diharuskan bekerja tanpa mendapat upah, Pramoedya dan tahanan politik lain hidup di bawah standar hidup layak.
"Aku mulai makan tikus yang terlalu banyak terdapat di sini, kecil-kecil, hidup di bawah alang-alang, juga telur kadal untuk tidak punah karena turunnya gizi, kualitas dan kuantitas makanan. Walaupun ada bantuan susu bubuk untuk seluruh unit–entah dari siapa–bantuan yang sangat berharga itu tidak boleh diharapkan akan berlangsung terus. Dan memang berhenti sampai setengah ketel yang ketiga. Maka protein hewani penghuni padang rumput harus dimanfaatkan," tulis Pramoedya dalam kesaksiannya yang dibukukan di bawah judul “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu.”
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Aktivis Serukan Pemuka Agama Jaga Netralitas dari Kepentingan Politik
-
Terjaring OTT, Gubernur Riau Abdul Hamid Digelandang ke KPK Besok
-
Prabowo ke Tanah Abang! KAI Ungkap Agenda Mendadak di Istana
-
Jadi Event Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia, PLN Electric Run 2025 Berlangsung Sukses
-
Tertunduk Lesu, Onad Kirim Pesan Cinta untuk Istri Usai Asesmen Narkoba
-
Lewat Grand Final Duta DPD, Sultan Najamudin Ajak Anak Muda Menjadi Aspirasi Daerah
-
Joget DPR di Depan Prabowo-Gibran: Saksi Ungkap Fakta Mengejutkan di Sidang MKD!
-
KPK Terbitkan Sprindik Baru dalam Kasus Korupsi Minyak Mentah dan Produk Kilang Pertamina-Petral
-
KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid, Jadi Operasi Tangkap Tangan Keenam di 2025
-
BREAKING NEWS! KPK OTT Gubernur Riau Abdul Wahid