Suara.com - Persoalan pengungsi asal Afrika yang datang menggunakan kapal terus mengemuka sampai kini. Pemerintah Italia mendesak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB atau UN) bahwa pusat penanganan migran mesti didirikan di Afrika.
Tujuannya untuk menghentikan adanya gelombang pencari suaka yang pergi meninggalkan benua itu dan melintasi perairan Libya, serta mencanangkan hidup baru di Eropa Barat. Namun Tunisia menolak wacana ini.
Sekarang, negara itu membolehkan sebuah kapal berisi 40 warga Afrika yang telah terkatung-katung selama dua pekan untuk berlabuh di Tunisia.
Monji Slim, pejabat dari misi kemanusiaan palang merah internasional Bulan Sabit Merah (ICRC) menyatakan seperti dikutip Reuters, "Kapal ini tiba Rabu (01/08/2018) di Pelabuhan Zarzis dan di antara pengungsi terdapat dua perempuan hamil."
Sembari menunggu kapal dibolehkan merapat untuk buang sauh, sejumlah bantuan dalam bentuk makanan dan obat-obatan telah terlebih dahulu diberikan ke atas geladak. Sampai saat diselamatkan oleh pihak Tunisia, belum diketahui negara asal para pengungsi lewat lautan tadi.
Sementara tujuan akhir dari kapal pengungsi juga belum jelas, namun ditengarai tetap merujuk ke kawasan Eropa Barat. Dan saat ini, pemerintah Italia memutuskan untuk menutup sejumlah pelabuhan bagi kepentingan kapal-kapal amal yang beroperasi di Laut Tengah.
Hanya kurun Juni 2018 saja, tercatat 80 imigran asal Afrika yang meninggal akibat kapal tenggelam di perairan Tunisia. Pelabuhan negara ini adalah persinggahan yang paling memungkinkan didarati atau disinggahi di kawasan Afrika Utara.
Terlebih penjaga pantai Libya menggunakan pasukan bersenjata untuk memperketat pengawasan. Pemberangkatan para migran Afrika ke Eropa lewat lautan pun dilakukan lewat Tunisia. Antara
Baca Juga: KPK Seleksi 5 Calon Direktur Penyidikan, 3 dari Kepolisian
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO