Suara.com - Demi mencapai kemandirian bawang putih pada 2021, Kabupaten Banyuwangi kini menjadi salah satu sentra pengembangan bawang putih yang dicanangkan Kementerian Pertanian (Kementan). Pada ketinggian medium sekitar 650 mdpl, lahan di sekitar kawah Ijen yang dulunya tidak produktif, kini menjelma menjadi hamparan lahan bawang putih yang subur.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikuktura, Prihasto Setyanto, saat melakukan kunjungan kerja, meninjau lokasi pengembangan bawang putih ke Banyuwangi, Sabtu (29/9/2018), menyatakan takjub melihat areal bawang putih di antara hamparan padi. Bawang putih merupakan tanaman subtropis yang tumbuh pada suhu relatif sejuk, bahkan ke arah dingin, dan butuh perngairan cukup.
"Saya lihat kuncinya di air yang melimpah. Benih sesuai anjuran dan petani yang semangat. Untuk ukuran petani pemula, hasil sementara ini sudah bagus. Masih perlu ditingkatkan lagi pemeliharaannya, supaya menghasilkan umbi ukuran besar," ujar Prihasto.
"Jangan sampai telat menyiram, karena sebagus apapun benihnya, kalau kekurangan air, umbinya tidak akan optimal," terangnya.
Kesuksesan pengembangan lahan bawang putih di Banyuwangi tak lepas dari program wajib tanam bagi pelaku usaha impor bawang putih, sebagaimana diatur dalam Permentan No. 38 tahun 2017. Disebutkan, pelaku usaha impor bawang putih wajib menanam 5 persen dari volume pengajuan impornya.
Geliat Bawang Putih di Banyuwangi
Antusiasme masyarakat Banyuwangi untuk mengembangkan bawang putih dinilai baik, lebih dari sekadar kewajiban. Banyak inisiatif yang muncul dari pengembang bawang putih di sana, baik dari perusahaan maupun para petani.
Salah satu inisiatif untuk program ini datang dari peserta wajib tanam bawang putih yang saat ini menjadi pengelola di Lijen Banyuwangi, yakni PT Sinar Padang Sejahtera (SPS). Untuk memenuhi target produksi minimal 6 ton per hektare, perusahaan ini tak segan menyiasati produksi dengan mengembangkan irigasi pipa ukuran 3 inchi, yang diambil jauh di atas lereng gunung sepanjang 6 km, atau lebih dari 1.500 batang paralon.
"Kami tarik dari sumber mata air di kaki Gunung Ranti, lalu ditampung di embung mini di lahan paling atas. Air kemudian dialirkan secara gravitasi untuk menyirami lahan bawang putih seluas 116 ha, dengan pipa-pipa lebih kecil berdiameter 2 inchi," ujar Fery, pengelola lahan PT. SPS.
Selain itu, Prihaston juga melihat program tersebut ternyata membawa dampak positif bagi petani. Para petani di sekitar lokasi menjadi terpancing untuk ikut menanam bawang putih, seperti yang terjadi di beberapa desa di Kabupaten Banyuwangi.
Baca Juga: Kementan Manfaatkan Teknologi Iradiator Gamma untuk Ekspor Buah
Sebuah kelompok tani berinisiatif mengembangkan perkebunan bawang putih, setelah melihat langsung pertanaman milik importir PT SPS di Lijen.
Saat ini, di Kecamatan Songgon misalnya, sudah menanam 25 ha pada ketinggial 650 mdpl, yang dibantu dari kegiatan APBN 2018. Lokasinya antara lain di Desa Sragi dan Desa Bayu.
Adapun benih yang dikembangkan adalah jenis Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning, dan rata-rata tanamanan sudah memasuki 65-75 hari.
"Setelah mendengar langsung pidato Menteri Pertanian saat berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, kami jadi makin semangat untuk mencoba. Kami berharap, program tanam bawang putih ini terus dilanjutkan pemerintah sampai petani benar-benar berhasil," ujar Agus Supriyadi, Ketua Kelompok Tani Sawung Walik dari Desa Sragi, Kecamatan Songgon, di lereng Gunung Raung.
Sementara itu, Mohamad Khoiri, Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Banyuwangi, yang turut mendampingi kunjungan, menyebutkan, potensi lahan di Banyuwangi sebenarnya masih luas.
"Potensi lahan sementara ada sekitar 250 ha di kaki Gunung Raung, tepatnya di Kecamatan Songgon, tapi kami ingin pastikan petaninya siap dan yakin dulu, supaya ke depan tidak jadi masalah," kata Khoiri.
Berita Terkait
-
Tata Kelola Pupuk Bersubsidi Makin Transparan, Kementan Pastikan Tepat Sasaran
-
Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Tradisional, Pemerintah Setop Impor
-
Operasi Pasar Besar-besaran! Kementerian Pertanian Siapkan 1,3 Juta Ton Beras
-
Skandal Beras Oplosan Rp100 T: Titiek Soeharto Murka, Janji Cecar Mentan di Senayan
-
Langgar Standar Mutu dan Takaran, 4 Produsen Beras Ternama Diperiksa Satgas Pangan?
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Malaysia Ikut Buru Riza Chalid, Benarkah Buronan Kakap Ini Benar Jadi Menantu Keluarga Sultan?
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny Telan Puluhan Nyawa Santri, Ini Perintah Tegas Prabowo ke Menteri-Gubernur
-
Terjatuh Saat Terjun Payung di Rangkaian HUT TNI, Praka Marinir Zaenal Mutaqim Meninggal Dunia
-
BNPB Ungkap Kendala Evakuasi Santri Al Khoziny: Satu Beton 'Jebakan' Ancam Runtuhkan Sisa Gedung
-
Paspor Dicabut, Riza Chalid dan Jurist Tan Kini Berstatus Tanpa Negara, Bisa Lolos dari Jerat Hukum?
-
Kronologi Gugurnya Prajurit Elite Marinir Praka Zaenal, Parasut Mengembang Namun Takdir Berkata Lain
-
Tragedi Jelang HUT TNI, Prajurit Intai Amfibi Praka Zaenal Gugur Dalam Insiden Terjun Payung
-
Prabowo Perbarui Aturan Seleksi Pemimpin TNI, Utamakan Kompetensi Ketimbang Senioritas
-
Update Tragedi Ponpes Al Khoziny: 23 Jasad Ditemukan dalam 24 Jam, Total Korban Tewas Jadi 39 Orang
-
Bangunan Ponpes Al Khoziny Ambruk, Prabowo Minta Cek Semua Infrastruktur Pesantren!