Suara.com - Budiman Sutjatmiko, anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi – Maruf Amin, menilai kasus penyebaran informasi bohong alias hoaks oleh aktivis politik Ratna Sarumpaet sengaja diciptakan oleh kelompok politik tertentu.
Tujuannya, menurut Budiman, untuk membuat kegaduhan di tengah masyarakat yang bermuara pada keuntungan kelompok politik tertentu.
Karena itulah, anggota Fraksi PDIP DPR RI itu menduga, terdapat aktor politik di balik hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet.
Bahkan, ia menduga kubu pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno terlibat penyebaran hoaks tersebut.
"Karena memang orang mau dikacaukan menggunakan kabar palsu. Jadi saya tidak percaya Ratna Sarumpaet adalah pelaku tunggal. Saya tidak percaya orang-orang di sekitar Pak Prabowo atau Pak Prabowo sendiri adalah korban," kata Budiman di Rumah Cemara, Menteng, Juma (5/10/2018).
Mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik itu menganggap kebohongan Ratna soal penganiayaan diciptakan secara sistematis.
”Jadi, kalau kita percaya Ratna Sarumpaet adalah pemain tunggal, ibaratnya kita percaya mantan Presiden AS John F Kennedy itu ditembak mati oleh pelaku tunggal,” tukasnya.
Menurutnya, berita hoaks Ratna dianiaya targetnya menyasar pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dengan begitu, Jokowi akan dilabeli sebagai pemimpin yang represif terhadap orang yang kritis terhadap pemerintah.
“Bahkan tokoh-tokoh di sekitar Pak Prabowo, mulai dari Pak Djoko Santoso, Amien Rais, Fuad Bawazir, Rocky Gerung, Hanum Rais, Rachel Maryam, Fadli Zon, dan lain-lain yang kemudian mengeksploitasi lewat medsos. Mereka menciptakan ketakutan, bahwa aku juga bisa mengalami hal seperti yang ibu RS alami," kata dia.
Baca Juga: Berawal dari Sembelit, Kini Malah Jadi Jutawan Karena Penyakitnya
Dia berpandangan, orang-orang di kubu Prabowo – Sandiaga yang termakan hoaks Ratna bukanlah korban. Fenomena tersebut, kata Budiman, pernah terjadi ketika Pemilu AS dan Pilkada DKI Jakarta, di mana informasi bohong dijadikan senjata.
"Ini teknik firehose of falsehood namanya. Sebuah teknik yang biasa dipakai dalam dunia perang psikologis, intelijen, untuk memenangkan pemilihan Trump, Brexit. Teknik ini sudah diteliti dengan menggunakan berbagai macam saluran media bervolume tinggi dan banyak. Mulai dari media konvensional televisi, koran, sosial media, dan lain-lain," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India