Suara.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya tak mau disalahkan terkait acara drama kolosal Surabaya Membara yang telah memakan korban jiwa. Justru, pihak KAI menuding panitia penyelenggara acara tersebut melakukan pelanggaran karena dianggap tak melakukan koordinasi dalam pelaksanaan acara tersebut.
Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya, Gatut Sutiyatmoko mengatakan, sebelum acara tidak ada koordinasi antara panitia dengan pihak KAI.
"Tidak ada koordinasi dengan kita (KAI). Itu salah panitia karena tidak ada himbauan atau larangan untuk tidak menonton di Jembatan Viaduk," jelas Gatut, Sabtu (10/11/2018).
Menurutnya, jembatan kereta api atau viaduk di Jalan Pahlawan setiap hari digunakan untuk perlintasan kereta penumpang dan barang.
"Sangat berbahaya bermain di jalur KA apalagi di jembatan/viaduk karena KA tidak dapat mengerem mendadak," pungkasnya.
Sebelumnya, drama kolosal untuk memperingati Hari Pahlawan yang digelar di area Tugu Pahlawan pada Jumat (9/11/2018) malam, memakan korban jiwa. Ribuan warga yang menyaksikan harus berdesak-desakan sampai mereka rela naik ke viaduk. Nahas, di saat yang sama ada kereta api lewat sehingga belasan orang terjatuh dari atas viaduk. Sedikitnya tiga penonton meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Kontributor : Achmad Ali
Berita Terkait
-
Kondisi Terkini Korban Insiden Drama Kolosal Surabaya Membara
-
Identitas 3 Korban Tewas Insiden Drama Kolosal Surabaya Membara
-
Polisi Selidiki Dugaan Kelalaian Panitia 'Surabaya Membara'
-
Pemprov Jatim Tanggung Biaya Korban Kolosal Surabaya Membara
-
Pemkot Sebut Drama Kolosal Surabaya Membara Tak Mengantongi Izin
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Bakal Rombak Sistem Rujukan BPJS, Menkes Budi Tak Mau Bertele-tele: Nanti Pasien Keburu Wafat
-
Aktivis Feminis Desak Negara Akui Femisida Sebagai Kejahatan Khusus dan Masuk UU
-
Menkes Wacanakan Kelas Standar Bagi Peserta BPJS: Nggak Usah Cover yang Kaya, Fokus yang Bawah Aja
-
Satu Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta Jalani Operasi Bedah Plastik, Total 20 Siswa Masih Dirawat
-
Soal Tim Reformasi, DPR Harap Bukan Cuma 'Kosmetik': Polri Harus Kembali ke Mandat Konstitusi
-
Menko Yusril: Pemerintah Harus Berhati-hati Menentukan Siapa yang Layak Menerima Pengampunan Negara
-
Demi Netralitas, Anggota Komisi III DPR Sebut Polri Harus Tetap di Bawah Presiden
-
Soal Kerja Sama Keamanan RI-Australia, Legislator PDIP Ini Kasih 2 Catatan, Minta Prabowo Hati-hati
-
Babak Baru Kasus Korupsi CSR BI-OJK: KPK Kejar Aliran Dana, 2 Staf Ahli Heri Gunawan Diperiksa
-
Babak Baru Ledakan SMAN 72: Ayah Terduga Pelaku Diperiksa Intensif, Polisi Ungkap Fakta Ini