Suara.com - Tsunami menerjang wilayah pantai di Selat Sunda, Banten, pada Sabtu, pukul 21.27 WIB, memasuki akhir tahun ini Indonesia merasakan duka cukup mendalam dengan tragedi tsunami Selat Sunda yang menghantam kawasan pesisir Kabupaten Padeglang di Banten, dan Lampung Selatan, Sabtu (22/12).
Sejumlah ilmuwan mengingatkan untuk tetap waspada menyimak aktivitas Gunung Anak Krakatau yang belum stabil dan terus bergejolak.
Tsunami yang diperkirakan disebabkan oleh peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau ini juga menyebabkan kerusakan pada 611 unit rumah, 69 penginapan dan 420 perahu.
Sejauh ini hingga 24 Desember, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis mencatat jumlah korban sebanyak 281 orang meninggal, 1.016 luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang terpaksa mengungsi. Masing-masing korban tersebar di 5 titik kabupaten yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.
''Kemungkinan tsunami susulan di Selat Sunda masih tinggi sebab Gunung Anak Krakatau tengah memasuki fase aktif,'' ujar Richard Teeuw, ilmuwan dari Portsmouth University, Inggris, seperti dikutip Guideku.com dari AFP.
Tak hanya itu, para ilmuwan juga mengkhawatirkan kemungkinan terburuk macam letusan gunung berapi di dalam laut yang dapat meningkatkan volume air dan menghasilkan gelombang tsunami menilik laman International Tsunami Information Center UNESCO.
Dalam sejarahnya, Gunung Krakatau tercatat pernah memberikan andil letusan gunung api laut terbesar dalam sejarah Indonesia pada 26 Agustus 1883.
Letusan tersebut menghasilkan gelombang pasang setinggi 41 meter dan menewaskan lebih dari 35 ribu jiwa.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau pun terus dipantau sejak Juni 2018.
Baca Juga: Merek Fesyen Premium Kena Semprot Karena Dugaan Rasis
Tercatat dari Oktober hingga November 2018 Gunung Anak Krakatau menghasilkan sejumlah erupsi besar dan statusnya bergeser menjadi waspada.
Gunung yang berada dalam fase pertumbuhan ini juga kian bertambah tinggi 4 hingga 6 meter setiap tahunnya.
Ilmuwan pun menyakini tsunami susulan di Selat Sunda masih tinggi karena Gunung Anak Krakatau tengah memasuki fase aktif.
Luka mendalam cukup dirasakan masyarakat Indonesia atas korban bencana tsunami yang terjadi di wilayah pantai di Selat Sunda, Banten, banyaknya yang meninggal, luka-luka, hingga masih banyak orang hilang yang belum ditemukan dan penduduk yang terpaksa mengungsi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf