Suara.com - Rakyat Palestina pada hari Rabu (15/5/2019) memperingati ulang tahun ke-71 pengusiran massal, sehubungan dengan pembentukan negara Israel tahun 1948. Peringatan itu ditandai dengan mengadakan aksi-aksi protes di seluruh Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Ribuan orang berjalan menuju perbatasan Gaza dengan Israel, ketika kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza mengumumkan pemogokan umum, dengan menutup sekolah dan kantor-kantor pemerintah supaya banyak orang bisa ikut berdemonstrasi.
Hamas telah melancarkan protes setiap hari Jumat selama satu tahun, di sepanjang pagar yang memisahkan Israel dan Gaza, untuk menuntut diakhirinya blokade yang dilakukan oleh Israel dan Mesir.
Lebih dari 60 warga Palestina tewas dalam demonstrasi tahun lalu, dalam kerusuhan sehubungan dibukanya kedutaan besar Amerika yang baru di kota Yerusalem yang dipersengketakan.
Demonstrasi tahun ini terjadi dua minggu setelah dicapainya gencatan senjata untuk menghentikan bentrokan sengit selama dua hari. Utusan pemerintah Qatar yang ikut membantu pelaksanaan gencatan senjata itu mendesak Hamas supaya melakukan demonstrasi yang tenang, demikian dilansir dari VOA, Kamis (16/5/2019).
Demonstrasi itu diadakan untuk memperingati “Nakba” atau “hari malapetaka”, di mana ratusan ribu warga Palestina dipaksa meninggalkan kampung halaman mereka dalam perang menyusul pendirian negara Israel. Jumlah pengungsi Palestina itu kini telah mencapai lima juta orang yang tersebar di seluruh kawasan Timur Tengah.
Nasib pengungsi itu merupakan salah satu isu utama dalam sengketa antara Palestina dan Israel. Israel menolak kembalinya para pengungsi ke kampung halaman mereka secara massal, karena katanya akan mengancam citra bangsa Yahudi.
Di kota Ramallah, di Tepi Barat, ratusan orang berpawai dari makam pemimpin Palestina Yasser Arafat dan mengadakan demonstrasi di tengah kota untuk menuntut hak supaya bisa kembali ke kampung halaman mereka di kawasan yang kini telah menjadi negara Israel.
“Kami nantinya akan kembali, tidak soal berapa lama waktu dibutuhkan untuk itu,” kata salah satu poster yang dibawa demonstran.
Baca Juga: Mengharukan, Gadis Cilik Ini Relakan Tabungan Hajinya Demi Rakyat Palestina
Suara sirene terdengar di seluruh kawasan Tepi Barat pada tengah hari sebagai pernyataan kesedihan warga Palestina yang terusir itu.
Berita Terkait
-
Ngaku Asal Palestina, Pria Ini Kecam Aksi Marah Minta Sumbangan di Aceh
-
Israel Siapkan Lokasi Pemukiman Baru dengan Nama 'Trump'
-
Mengharukan, Gadis Cilik Ini Relakan Tabungan Hajinya Demi Rakyat Palestina
-
Indonesia Serukan Penghentian Pemukiman Ilegal Israel di Palestina
-
130 Tempat Tinggal di Gaza Hancur Diserang Israel
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Johan Budi Dukung Abolisi dan Amnesti Tom Lembong - Ira Puspadewi, Tapi Kritisi Untuk Hasto
-
Waspada Rob! Malam Minggu Pluit dan Marunda Masih Tergenang, BPBD DKI Jakarta Kebut Penyedotan Air
-
Habiburokhman Bela Zulhas yang Dituding Rusak Hutan hingga Bencana Sumatera: Agak Lucu Melihatnya!
-
Darurat Kekerasan Sekolah! DPRD DKI Pastikan Perda Anti Bullying Jadi Prioritas 2026
-
Update Banjir Rob Jakarta: 17 RT Kepulaun Seribu Terdampak, 6 RT di Jakarta Utara Kembali Terendam!
-
Gelar Panggung Musikal di Sarinah, Aktivis Sebut Banjir Sumatera Tragedi Ekologis
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Hasto Kristiyanto: Respons Bencana Alam Bukan Sekadar Bantuan Cepat
-
Disidak Menteri LH Buntut Banjir, 3 Perusahaan Raksasa Ini Wajib Setop Operasi di Batang Toru
-
Usul Koalisi Permanen, Bahlil Dinilai Ingin Perkuat Stabilitas dan Konsolidasi Golkar